Sunday, October 30, 2005

Butterfly Ramadhan

Semoga menjadi kupu-kupu yang indah, Setelah bertapa di bulan Mulia Selamat Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Batin Jumpa Lagi Selasa, 8 November 2005 InsyaAllah Salam Dewi MS +6017 277 4915

Cerpen;Nyanyian Rindu Malaysia

Dewi Mar’atusshalihah Hari-hariku padat sekali selama di Kuala Lumpur. Harus pandai-pandai mengatur waktu kejar target pembuatan buku yang harus di launching tiga bulan lagi, otomatis seminggu aku harus selesai satu bab. Belum lagi bikin banyak proposal kerjasama untuk yayasanku…, ngurusin kuliah…, janji ketemu sama donator….wuihhhhh……… Wah…, tiap hari harus berkejaran dengan waktu…., pulang dari kantor masih harus nglembur sampai jam dua malam untuk ngetik hasil penelitianku di siang hari . Malam ini pun sama, besok, Selasa adalah jadwalku mempresentasikan bab V yang aku kerjakan minggu ini…, wuih…belum rapi…harus aku kejar selesai malam ini juga. Akhirnya harus sampai jam tiga pagi aku setia membuka mataku yang sudah lima watt ini di depan Kompi kesayanganku. Dan akhirnya tertidur tanpa tersadar di meja. Kriiing….kriiing….. Ups…..jam bekerku dengan setianya membangunkanku tiap jam lima pagi. Dengan malas kuberdiri dan menghampiri jam. Bukan untuk bangun…namun sekedar mematikan jam, dan…tidur lagi….terimakasih jamku…ngingetin aku kalau udah jam lima pagi… Ha……..ngingetin doang? Tidur lagi "It’s seven already…won’t you go to work…", teriakan ibu angkatku sambil menggedor pintu. Walah….jam tujuh… Mandi ayam, gosok gigi, dressing, mesam-mesem di depan cermin sebentar…, lariiiiiiiiiiiiiii Tak sabar nunggu lift sampai ke tingkatku, aku lari menuruni tangga… "Sorry Pak Cik…, tak sengaje…" Beginilah kalau orang keburu-buru, Pak Cik-Pak Cik yang jalan hati-hatipun ketabrak juga. Untung yang nabrak aku…, gadis manis nan imut, jadi Pak Cik itu tak marah…paling ngebatin dalam hati…, "esok lewat sini lagi yer…, Pak Cik juge nak dilanggar tiap hari…"…ish…su’udzon banget sih…ngeres….. Langkah seribuku masih terasa kurang, ku tambah lagi tancap gas hingga lari terkencang…mengalahkan pelari tingkat dunia. Aku nggak boleh ketinggalan Star Line LRT yang jam 07.40…, kalau aku ketinggalan…berarti harus nunggu lima menit lagi, otomatis aku harus terlambat masuk kantor lima menit. Yah…beginilah jadinya kalau mepet dan grusa-grusu di waktu pagi. Aku dah punya patokan lima belas menit perjalanan kaki dari rumah ke stasiun Salak Selatan, didalam LRT dua puluh menit, dari stasiun PWTC ke kantor 15 menit. Jadi kereta yang aku naiki kalau nggak yang jam 07.35, harus nunggu yang 07.40…nggak bisa di tawar-tawar lagi, agar bisa sampai kantor pas jam 08.15. Wah…..ngantri tiket panjang… LRT terakhirku sudah sampai stasiun…, langsung ku serobot antrian, agar nggak ditinggal LRT. "Maaf pak cik, mak cik…, saya nak hantar emak saya melahirkan kat hospitel…, saye potong queue tiket dulu takut lahir kat jalan…maaf-maaf…." Wah bohong…tapi mudah-mudahan bohong halal, nggak dikutuk jadi pinokio "Dasar Indon…tak tau beratur…" Yaaaaah….ada yang ngedumel, melecehkan bangsaku… Usahaku memartabatkan bangsa selama ini hilang dalam waktu satu detik, hancur karna sekali ini aku nggak ngantri, bertambah deh keyakinan orang Malaysia akan imej buruk bangsa Indonesia yang nggak bisa ngantri…seperti saat nunggu pembagian sembako, antrian BBM dan lain-lain… Aku penghianat bangsa…, mencoreng negeri tercinta…….. Nggak pa-pa deh sekali ini *** Tiiiiiiiiiittt……tiiiiiiiiiitttttttt….tiiiiiiiiitttttt Selamat…selamat, bunyi mesin otomatik tanda masuk kerja di kantorku segera mengaum seketika ketika jariku selesai key in kehadiran. Alhamdulillah…nggak sia-sia aku ngos-ngosan, nggak menambah black list imej jelek bangsa Indonesia yang sering terlambat…jam karet. Langsung ku presentasikan bab limaku pagi ini. Setelah itu seperti biasa, seharian berkutat dengan penelitian, interview, temu janji, nyari referensi…, dan masukkan data-data. "Tak nak balek ker dah pukul tujuh suku…, kejap lagi buke puase…" "Tak Pak Cik Suhaimi, keje belum selesai, sile kalau nak balek dulu…, saye dah tapau nasi buat buke…" Setelah buka puasa, aku shalat magrib, isya dan trawih di kantorku, ditemani security gate. Malam ini harus aku lanjutkan sampai jam sebelas di Kantor. Untungnya di Malaysia nggak banyak yang nge-drug, nodong ataupun penceluk saku…, jadi pulang malam pun aman. Dua belas malam aku sampai rumah…, huh…ngetik lagi sampai jam dua. *** Pagi ini aku nggak kesiangan, karna aku nggak pingin nabrak dan motong antrian lagi. Lift terbuka di depan pintu apartemenku saat aku memakai sepatuku. Ups…seseorang keluar dari lift sambil senyum-senyum…, "Yaaah…Cik Adik baru sampai ker? Pak Cik dah tunggu kat sini dari pagi, tak der pun…" Hah…Pak Cik yang kemarin…mati aku… *** Hari ini Ramadhan ke 24, berarti nanti malam yang ke 25…wah malam ganjil di sepuluh akhir…mungkin lailatul qadr, aku harus I’tikaf. Sengaja aku pulang kantor on-time jam lima sore, tanpa pulang dulu aku terus ke masjid Asy-Syakirin di jantung kota Kuala Lumpur. Untuk kesana, dari kantor aku harus jalan dua puluh menit menuju stasiun kereta Putra LRT di Kampung Baru, aku sengaja cari jalan tikus, untuk menghemat biaya agar tidak naik kereta api dua kali, nggak nyambung-nyambung dari Star Line ke Putra Line, hemat laaahhh…ikut prihatin harga BBM naik di tanah air. Dari kampung Baru menuju KLCC hanya satu stasiun saja, melalui terowongan panjang di bawah tanah, aku sudah sampai di dalam perut gedung Twin Tower. Menara kembar berketinggian 452 meter yang berisi perkantoran dengan lantai bertingkat 88, menjadikannya sebagai menara tertinggi di dunia. Di tengah-tengah, antara tingkat 41 dan 42, terbentang jembatan yang menghubungkan menara satu dengan lainnya. Berketinggian 175 meter diatas jalan raya. Dari atas sana, dapat dilihat panorama indah kuala lumpur dan sekitarnya. Menjelang buka puasa, semua food court dan restoran penuh sesak. Dan di luar restoran, orang Cina dengan dandanannya yang merusak pemandangan Islami Negara Islam ini, memenuhi Suria KLCC Shopping Center, asyik memborong aksesoris dan baju-baju seksi. Selain itu, warga India juga gemar sekali membeli jewelry, terutama yang dari emas. Baju Sari yang mereka pakai, tanpa di jahit hanya di selempangkan di pundak, ketika tangan gemulai mereka yang di beri pacar inai diangkat, maka otomatis pusar mereka kelihatan, karna tak memakai baju lagi selain selendang sari itu. Dalam aturan Warga Cina dan India memang tidak ada istilah menutup aurat…jadi wajar aja… Wah……harus ghadul bashor nih Beda sekali dengan budaya Melayu, dimana-mana mereka selalu memakai baju kurung, yang dijahit lurus tanpa kopnat dan sekengan, lurus panjang melewati dengkul, dengan bahan empat meter menjadi baju setelan atas-bawah. Baju Kurung telah menjadi baju nasional. Ke kantor, di rumah, mejeng, ke pesta, atau kemanapun mereka memakai model seeperti itu, menjadi baju formal dan sekaligus non formal. Berbeda dari Indonesia dan negeri-negeri lain yang lebih suka memakai baju cenderung kalem dan motif minimalis, baju kurung mempunyai khas tersediri. Model dan jahitan baju kurung semua sama, yang membedakan hanyalah pada warna dan corak. Mereka suka sekali dengan warna terang dan ngejreng. Serta penuh sekali dengan motif bunga. Pertama kali ngelihat, aku pingin ketawa, shock culture. Bagaikan kebun bunga, baju dasar hijau daun dengan bunga-bunga besar berwarna merah, dipadu dengan jilbab merah. Ada lagi yang memakai oranye ngejreng berbunga-bunga biru. Merah menyala dipadu dengan kuning benderang…….wah…pusing ngeliatnya. Jilbab yang mereka pakai rata-rata tak bermotif, alias warna polos, agar senada dengan baju yang sudah bercorak penuh. Model memakai jilbab pun beda dengan budaya kita. Mereka lebih banyak cara gaya dan pernak-pernik dalam berjilbab. Kedua ujung di silang di depan dada, dengan mensejajarkan kanan-dan kiri, atau di panjangkan sebelah dan yang pendek disematkan ke atas kepala, lalu mereka pasang bros yang penuh dengan batu warna-warni yang diserasikan dengan warna jilbab. Memang mereka sengaja membikin banyak gaya dalam berjilbab, karna baju mereka tak bermodel, hanya potong lurus, yang membuat menarik adalah cara berjilbab. Dan yang menjadi khas, bentuk jilbab dibuat mancung di atas dahi, dan tanpa di tarik masuk kedalam, sehingga wajah mereka terlihat oval atas bawah, dan dahi terlihat lebar. *** Keluar dari Petronas, langsung aku ke taman, melewati danau buatan yang di keliling pasangan muda-mudi berdua-duan menyambut buka puasa…wah nekat…sempat-sempatnya pacaran di bulan Ramadhan. Taman seluas 20 hektar itu menyajikan keindahan mozaik alam dengan dikelilingi lebih dari 1900 jenis pepohonan dan dipenuhi cericit burung. Gemericik air terjun membentuk simphoni yang dapat menyejukkan fikiran masyarakat metropolitan Kuala Lumpur. Tepat di ujung taman, masjid asy-Syakirin berdiri gagah, namun adem dengan dihiasi aneka macam tanaman hias di sela-sela pembatas atap. Masjid bermuatan 6000 jamaah itu beratapkan hijau nan teduh, sehingga tak salah bila terkenal dengan sebutan "Jewel In The Park". Image hosted by Photobucket.com Image hosted by Photobucket.com Image hosted by Photobucket.com Pas sekali, ketika kulangkahkan kaki memasuki pelataran masjid, adzan maghrib berkumandang, orang-orang telah ramai berpusat di depan meja buka puasa, antrian panjang mengambil makanan yang terhidang dengan gaya prasmanan. Hmm…ayam masak pedas, acar, buah kecipir dan kacang panjang menjadi lalapan…, Bubur lambuk dan buah semangka tersedia di ujung sebagai pencuci mulut. wah…mengundang selera makanku, pasti enak disaat perut kosong seperti ini. Selesai tarawih, aku tak pulang, bersama sekitar dua ratus jamaah wanita lainnya, ku niatkan malam ini I’tikaf hingga subuh nanti. *** Aku ke Kuala Lumpur memang di tugaskan untuk menjadi perwakilan yayasanku untuk buka cabang di Malaysia, alhamdulillah ada satu perusahaan disini yang bersedia menguruskan visaku, sehingga aku bisa aman tinggal di Malaysia selama tiga bulan. Walau perusahaan harus membayar mahal ke imigrasi sebanyak 3.000 ringgit atau sekitar tujuh juta rupiah untuk visaku selama tiga bulan. September lalu aku berangkat, dan visaku akan berakhir akhir November ini. Otomatis aku harus menikmati Ramadhan di Malaysia, dan lebaran terpaksa nggak pulang. Kalau ingat lebaran nggak bisa pulang, sebenarnya aku selalu ingin nangis, itu moment setahun sekali bisa berkumpul dengan keluarga, bisa reuni, bisa sungkem ke eyang, bisa reuni dengan teman-teman lama, bisa melepaskan lelah dari rutinitas seharian di Jakarta. Keluargaku sudah menguatkan langkahku, dan memberiku semangat agar tetap menerima tawaran dan kewajiban dinas, walaupun menjelang lebaran. Mungkin ini kesempatan emasku, itu alasan mereka memotivasi dan mendukung kepergianku. *** Tadi siang aku sudah menghadap direktur perusahaan, untuk mengajukan izin pulang lebaran. "Tidak masalah kalau kamu mau pulang, cuma, harus mengurus surat ke imigrasi, agar memberi keringanan visa tidak hangus. Kan sayang visa mahal baru dipakai satu bulan sudah hangus. Coba nanti kami uruskan ke imigrasi, berdoa saja agar dapat." Keterangan boss-ku sedikit melegakan hatiku *** Setelah semua jamaah menyelesaikan tarawih, kami tadarus al-Qur’an, dan jam dua belas malam harus tidur semua. Di tengah pelataran masjid wanita yang dipenuhi ornamen kaligrafi bergaya Uzbekistan, kubaringkan tubuh untuk mengumpulkan energi untuk sepertiga malam terakhir nanti. Jam tiga pagi, para jamaah dibangunkan untuk qiyamullail. Jamaah laki-laki memenuhi separuh main room shalat di tingkat satu, sementara jamaah wanita memenuhi lantai dua yang di buat melingkar tiga perempat ruangan agar semua penjuru dapat melihat imam di bawah. Mataku masih setengah terpejam. Air wudhu yang sejuk itu sedikit menyegarkanku. Untungnya, suara imam masjid sangat merdu dan mendayu-dayu, sehingga para jamaah bisa terbawa perasaan khusuk dan dapat menghayati maknanya. Secara berjamaah, berturut-turut kami melakukan shalat tahajud, shalat hajat, shalat taubat, dan kini menjelang shalat witir. Kantukku tak tertahankan, berkali-kali aku kehilangan konsentrasi, kepalaku berayun-ayun dimainkan kantuk. *** "Selasa kemarin kami dapat jawaban dari imigrasi, kalau visa itu bisa dipakai dua kali, jadi lebaran kamu boleh pulang dua minggu, tiket Malaysia Airlines juga sudah kami pesan, esok pagi, pukul 08.00 kamu harus sudah di airport", suara Encik Rais, sang Direktur, terdengar sejuk dan membuatku tersenyum terus sepanjang hari. Aku segera bergegas pulang, dan langsung berbenah untuk segera pulang kampung. Wah…jadi mudik…terbayang langsung gembiranya keluargaku bisa kumpul lengkap di lebaran ini. Tepat dua hari sebelum lebaran aku sampai Jogja, semua orang kaget dan tak percaya aku sudah berdiri di depan pintu rumah. Sengaja aku tidak memberi kabar kepulanganku, surprise. Suasana menyambut kemenangan di hari Raya Idul Fitri terasa sekali. Rumah sudah rapi, aneka kue sudah tersusun rapi di atas meja, tirai, korden, sprei, meja, kursi…semua terlihat bersih dan teratur. Adik perempuanku yang paling gembira menyambut kepulanganku. "Asyik mbak pulang, aku nggak jadi masak-masak di dapur buat lebaran. Kan koki-nya sudah pulang!" jeritnya pertama kali melihatku. Enak aja… Jauh-jauh dari negeri jiran cuma di suruh jadi tukang masak…, ku tarik jilbab putihnya sehingga dia harus segera lari masuk dalam kamar menghindari terlihat orang laki-laki di teras rumah. Hari raya ini kami mulai shalat ied bersama, setelah itu Umi dan Abahku sudah duduk di kursi tamu, segera kami berdiri teratur. Di mulai dari aku yang anak sulung bersimpuh dikaki Umi, sungkem, mohon maaf dan minta doa. Sambil berlinang air mata Umi mencium keningku, tangannya membelai rambutku dengan lembutnya. Lalu kami sekeluarga pergi nyekar ke makam nenek, dan sepulangnya langsung bersilaturahmi ke keluarga terdekat dan tetangga sekitar hingga jam sembilan malam. Lelah namun bahagia sekali. Setelah shalat Isya, kami kumpul di ruang makan, dan cekikak-cekikik sekeluarga setelah berbagi cerita lucu sepanjang hari tadi. Jam sebelas malam kami tidur, tapi tidak ada satupun yang mengalah dan mau tidur di kamar masing-masing, kami ingin berkumpul sekeluarga. Akhirnya Abah menggelar karpet di ruang tamu, dan kami tidur berenam hingga pagi di situ. *** "Nak bangun…"…suara lirih dengan guncangan lembut di badanku menyentakkanku dari lelapku. "Umi….nanti aja deh...mumpung di rumah…nggak kerja, mau bangun siang!", rengekku "Nak, ini bukan Umi lah…ni Mak Cik…, Witirnye dah habis…kite orang dah salam…nak sahur tak? Ha…… Kuangkat kepalaku, hah…masih pake mukena…toleh kanan kiri…semua orang ngeliat aku dengan senyum-senyum… Alamak….aku belum di rumah……, aku belum naik pesawat, aku belum ke imigrasi… Aku masih di Masjid Asy-Syakirin… Di barisan depan sendiri, tertidur saat sujud akhir shalat witir, sampai ngimpi-ngimpi segala……..waduh…, malunya…… "Jom sahur dulu…" ajak Mak Cik di sebelahku, yang sengaja menyadarkanku dari rasa malu yang membuncah ini. Masih dengan tersipu-sipu, segera kulipat mukenaku dan bergegas menuju meja makanan yang sudah diserbu jamaah yang lebih dahulu turun. Ku lihat ada yang menghampiriku… "Mbak dari Indon juga ya…" "iya…" "Untung tadi nggak ngiler……" katanya sambil cekikikan, hi... hi... hi... Grrrh...!!! Gedubrak……. , udah heboh begini malah diledek. (Salam buat semua saudara yang berlebaran di tengah-tengah keluarga, semoga benar-benar menjadi hari kemenangan…) Keterangan: Pak Cik/Mak Cik: panggilan untuk laki-laki yang sebaya dengan ayah/ibu kita atau lebih. esok lalu sini lagi yer…, Pak Cik juge nak di tabrak tiap hari: Besok lewat sini lagi ya, Paman juga mau ditabrak tiap hari LRT: kereta Api bawah tanah yang berjalan secara otomatis tanpa sopir. saya nak hantar emak saya melahirkan kat hospitel…, saye potong queue tiket dulu takut lahir kat jalan: Saya mau antar ibu saya melahirkan di Rumah Sakit, saya nyrobot antrian, takut lahir di jalan. Indon: panggilan stereotype orang Malaysia kepada orang Indonesia, kebanyakan adalah untuk memanggil para TKI. "Tak nak balek ker dah pukul tujuh suku…, kejap lagi buke puase…": Nggak mau pulang sudah jam tujuh seperempat…? Sebentar lagi buka puasa. "Tak Pak Cik Suhaimi, keje belum selesai, sile kalau nak balek dulu…, saye dah tapau nasi buat buke…" Nggak Paman, kerja belum selesai, silahkan kalau mau pulang dulu, saya sudah bungkus nasi untuk buka puasa "Pak Cik dah tunggu kat sini dari pagi, tak der pun…" Paman sudah tunggu di sini dari pagi, kok nggak ada? KLCC: Kuala Lumpur City Center; shopping center di dalam Petronas Twin Tower nak sahur tak?: Mau sahur nggak? Jom: Ayo

Wednesday, October 26, 2005

Lebaran Nggak Pulang

Lebaran nggak pulang? Hemmm…..baru sekali seumur hidup…., nggak sungkem ke ortu, nggak makan ketupat sama adik-adik, nggak ke mbah, nggak reuni keluarga, nggak datang ke tetangga, nggak silaturahim ke pesantren, nggak sowan ke ustadz, nggak nyekar ke makam, nggak takbir keliling, nggak bikin kue, nggak desek2an mudik, nggak ngrasain tuzlah, nggak dapat pesangon, nggak dibeliin baju baru (he he he...emangnya anak kecil...)…….wuihhhh…… Di KL, tinggal di rumah, nggak ada kue Indonesia, nggak ada macet….kota kosong………, hmmmmm………, semoga ada hikmah…dan manfaat Bagaimanapun, semoga dosa-dosa terampuni……..oleh semua orang, walau tanpa bertatap muka, bersalaman…… Dengan tulus….. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI MOHON MAAF LAHIR BATIN Kosong-kosong lagi Semoga bagai terlahir kembali…..putih, bersih, cling……. Amiin

Tuesday, October 25, 2005

Untuk Para Calon

Untuk (Calon) Suamiku .... Pernikahan atau perkawinan,Menyingkap tabir rahasia. Istri yang kamu nikahi, Tidaklah semulia Khadijah, Tidaklah setaqwa Aisyah, Pun tidak setabah Fatimah Apalagi secantik Zulaikha Justru Istrimu hanyalah wanita akhir zaman, Yang punya cita-cita, Menjadi solehah... Pernikahan atau perkawinan, Mengajar kita kewajiban bersama. Istri menjadi tanah, kamu langit penaungnya, Istri ladang tanaman, kamu pemagarnya, Istri kiasan ternakan, kamu gembalanya, Istri adalah murid, kamu mursyidnya, Istri bagaikan anak kecil, kamu tempat bermanjanya. Saat Istri menjadi madu, kamu teguklah sepuasnya, Seketika Istri menjadi racun, kamulah penawar bisanya, Seandainya Istri tulang yang bengkok, berhatilah meluruskannya. Pernikahan atau perkawinan, Menginsyafkan kita perlunya iman dan taqwa. Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah Swt.,! Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana, justru kamu akan tersentak dari alpa, Kamu bukanlah Rasulullah, Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamallahhuwajhah, Cuma suami akhir zaman, Yang berusaha menjadi soleh... Amin Untukku (Calon) Istrimu.... Pernikahan atau perkawinan, Membuka tabir rahasia. Suami yang menikahi kamu, Tidaklah semulia Muhammad SAW, Tidaklah setaqwa Ibrahim A.S, Pun tidak setabah Ayyub A.S, Atau pun segagah Musa A.S, Apalagi setampan Yusuf A.S. Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman, yang punya cita-cita, Membangun keturunan yang soleh..... Pernikahan atau perkawinan, Mengajar kita kewajiban bersama. Suami menjadi pelindung, kamu penghuninya, Suami adalah nahkoda kapal, kamu navigatornya, Suami bagaikan balita yang nakal, kamu adalah penuntun kenakalannya, Saat Suami menjadi raja, kamu nikmati anggur singgasananya, Seketika Suami menjadi bisa, kamulah penawar obatnya, Seandainya Suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya.. Pernikahan ataupun Perkawinan, Mengajarkan kita perlunya iman dan takwa, Untuk belajar meniti sabar dan ridha Allah Swt., Karena memiliki suami yang tak segagah mana, Justru Kamu akan tersentak dari alpa, Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna di dalam menjaga, Pun bukanlah Hajar, yang begitu setia dalam sengsara (Trimakasih forward puisi ini...karangan siapa sih....., wah...kapan ya? )

Sang Pencinta

Tuhanku... Apa alasanku untuk ingkar dari-Mu Setiap saat Engkau taburkan rahmat-Mu Siang, malam... Kudengar, kulihat, kurasa Pancaran nuur anugrah-Mu di semua penjuru Jika Engkau bukan Pengasih Apalah arti perjuangan hidup ini Cinta-Mu dekat dengan pecinta-Mu Namun jauh dengan pengingkar-Mu Segala cinta kasih adalah milik-Mu Tuhan... Kau ciptakan kejora di hatiku Abadi disana selama kukuh imanku Yang akan kujaga dalam relung hatiku

Puisi Cinta

Dengan menyebut nama-Mu Ingin kuhilangkan gundah gulana Yang selalu menyerang jiwa Kepastian-Mu kunanti… Keridhaan-Mu kuharapkan Dengan segenap dosa yang terhampar Kujemput cinta-Mu dengan peluh Tersandung, terjungkir, terjatuh… Aku tak peduli Walaupun nanti kudatang pada-Mu Dengan pakaian yang terkoyak Dan kulit terbakar Karena kutahu Cinta-Mu juga tertuju padaku Rabbi… Inginku menggapai-Mu Inginku menyentuh-Mu Tapi dayaku terbatas Cintaku merana Kuharap Engkau yang datang Dan menyentuh kalbuku Dengan sinar-Mu Betapa ingin… Ketika ku menghadap-Mu Aku rasakan hadir-Mu Aku rasakan wujud-Mu Tapi godaan ini begitu kuat Menggoncang seluruh skenario Cintaku untuk-Mu Kuingin terasyik masyuk dengan-Mu Setiap detik waktuku Setiap desah nafasku Ya Rabb… Dengan penuh kerendahan diri Kupohon cinta-Mu…

The Positive Side of Life

Living on Earth is expensive, but it does include a free trip Around the sun every year. How long a minute is depends on what side of the bathroom door you're on. Birthdays are good for you; the more you have, the longer you live. Happiness comes through doors you didn't even know you left open. Ever notice that the people who are late are often much jollier than the people who have to wait for them? Most of us go to our grave with our music still inside of us. If Wal-Mart is lowering prices every day, how come nothing is free yet? You may be only one person in the world, but you may also be the world to one person. Some mistakes are too much fun to only make once. Don't cry because it's over; smile because it happened. We could learn a lot from crayons: some are sharp, some are pretty, some are dull, some have weird names, and all are different colors.... but they all exist very nicely in the same box. A truly happy person is one who can enjoy the scenery on a detour. Have an awesome day, and know that someone who thinks you're greath as thought about you today! .."And that person was me.".....

There Must Be More Than This

There is more hope and optimism in my life. I should have a more positive outlook. I have more compassion for my self and less self abuse. Little things are important, I get more done, take on more and enjoy more. I'm stepping up to more leadership, taking charge more and becoming less judgmental. I have more awareness off and compassion for others. I spend more time on quality activities and have more passion in my relationship with my family and coworkers. Instead plan more and do more with my family. I'm in better physical shape and emotional condition. I experience greater urgency to enjoy what I do. I laugh more at myself. I feel more confident about myself. Discover more life, love and meaning on my journey through my commitmen to pursue the greater more. By meeting my deeper needs direcly we are more fulfilled. By not spending so much time, I have more time, energy and resources to pursue more meaningful activities. I feel more awake, alive and conscious. I spend more time discovering and developing my gifts, talents and making more of a difference in the world. Why Do I Live a Life of Less?? Live a Life of MORE !!! Did I move towards my goals and vision today? Did I make a positive difference in other people's lives? How did I express what matters most to me? What did I do that was emotionally or spiritually? How did I grow as an individual? I want my life to be something more than just long. I long to be part of the universe. To be in harmony with something larger than myself. I want to be thoroughly used up when I die...for the harder worker, the more I live. I rejoice in life for its own sake. Life is no brief candle to me. It is a sort of splendid torch, which I've got a hold of for the moment and I want to make it burn as brightly as possible before handing it on to future generation. I should have MORE love, more life, more creatifity, more adventure, more knowledge, more beauty, more peace, more meaning, more feelings, more consciousness, more energy, more connection, more direction, more truth and genuiness, more self, more of a difference, more spirituality. I must make choices that enable me to fulfill the deepest capacity of myself. I don't get to choose how I'm going to die, or when. But I can only decide how I'm going to live. Prepare to die NOW ! Living is a constant process of deciding what I'm going to do. A vision without a task is but a dream, a task without a vision is drudgery, a vision and a task are the hope of the world.Vision is common to those courageous people who dream and make their dreams reality. When I dare to be powerful, to use my strength in the service of my vision, then it becomes less and less important whether I am afraid. One of the things that makes a dead leaf fall to the ground is the bud of the new leaf that pushes it off the limb. When you let Allah fill you with His love and forgiveness, the things you think you desperately want to hold on to start falling a way and we hardly notice their passing. If you are climbing the ladder of life, you go rung by rung, one step at a time. Sometimes you don't think you're progressing until you step back and see how high you are really gone. Sometimes our light goes out but is blown into flame by another human being. Each of us owes deepest thanks to those who have rekindled this light. It's not whether you get knocked down, it's whether you get up again. I cannot achieve more in life than what I believe in my heart of heart I deserve to have. Allah, love, guide and keep me...

CHOICE

Some people sit - some people try Some people laugh - some people cry Some people will - some people won't Some people do - some people don't Some people believe and develop a plan, Some people doubt - never think that they can. Some people face hurdles and give it their best Some people back down - when faced with a test Some people complain of their miserable lot Some people are thankful for all that they've got And when it's all over - when it comes to an end Some people lose out and some people win We all have a choice - We all have a say We are spectators in life, or we get in and play Whatever we choose - how we handle life's game, The choice are ours - no one else is to blame. (Trims puisinya ya)

Impian Abah

Dulu... Masa Kecilku... Tiap pagi saat memandikanku Petang menidurkanku Abah selalu bergumam lirih, menyanyi kecil, tepat didengungkan di telingaku "Semut ireng anak-anak sapi..." Lagu Dandang Gulo, atau apa itu, aku nggak tau Lagu itu selalu kudengar Hingga aku berangkat sekolah SD Saat aku berpamitan dan mencium tangannya yang kasar dimakan masa dan kerja berat Lagu itu tetap mengiang merdu di telingaku, sambil usapan lembut mendarat di rambutku Ketika ku beranjak dewasa Dan tiba saatnya aku meninggalkan rumah untuk ke pesantren lagu itu tetap didengungkan lirih Karna sangking seringnya, Sering ku tak peduli, dan hanya tersenyum sambil mengangguk lirih untuk memuaskan hati abah Namun pagi tadi, HPku berdering Sepenggal SMS dari Abah "Semut ireng, anak-anak sapi" Hanya itu... Ku terharu, ku menangis langsung ku telpon Abah Abah, aku kangen, aku rindu, ku ingin bersimpuh di hadapan-Mu telah lama ku abaikan kasih sayangmu harapanmu "Semut ireng, anak-anak sapi..." Tak kan pernah kulupa abah... Ku kan berusaha mewujudkan impianmu Sang 'semut ireng' yang ingin punya anak menjadi 'sapi' Sang 'rakyat kecil' yang ingin punya anak menjadi 'orang' Sang 'biasa saja' yang ingin punya anak menjadi 'luar biasa' Sang 'tamatan SD' yang ingin punya anak menjadi 'terdidik setinggi-tingginya' Abah... Cintamu, semangatku... Ku kan selalu mengalirkan cintamu di setiap langkahku Tuk menggapai impianmu, menjadi 'besar' dunia-akhirat Kan kusematkan dalam setiap langkahku, untuk menjadi seharum namaku, pemberianmu Mar'atusshalihah (Abah……Umi….lebaran tahun ini ku tak dapat bersimpuh langsung dihadapanmu….namun usapan lembut tangan kasarmu di kepalaku, masih terasa hingga kini. Doa dan harapanmu masih terngiang selalu. Ridho, ampun dan doamu kuharapkan……….)

Thursday, October 20, 2005

Tak Kuragukan keadilan-Mu

Dewi Mar'atusshalihah
Malam masih asyik membuai mimpi makhluk di persada. Fajar belum memulai tugasnya menyinari nusantara. Ayam pun belum menjalankan dinas hariannya membangunkan lelap tidur orang disekelilingnya. Bahkan mushola samping rumahku pun masih terlihat temaram, tanda belum ada orang memulai munajatnya menyambut pagi.
Alarm tuaku telah berdering, ingin rasanya kutetap meringkuk di bawah hangatnya selimut tebal warisan nenek. Namun, kuingat wajah garang dosen jam pertamaku, yang tanpa ampun mengurangi nilai mahasiswa yang terlambat, semenit pun. Bayangan tentangnya memaksaku untuk segera menggigil kedinginan bergumul dengan air kamar mandi. Pagi ini, pagi kemarin dan pagi seterusnya tetap begitu agar tak terlambat sampai kampus.
Alhamdulillah, pagi ini masih bisa menyantap nasi sisa semalam yang telah ku sulap menjadi nasi goreng telur mata sapi. Setelah itu, tanpa ba bi bu langsung ku langkahkan kaki dengan cepat menuju stasiun. Menghampiri idolaku, si hitam-hitam tapi manis…..hitam-hitam tetap laris…, siapa lagi kalau bukan kereta api Jabotabek. Yach….seiring dengan melonjaknya harga BBM, kreta api semakin menjadi idola orang kebanyakan, seperti ku ini.
Ku harap masih ada bangku yang kosong, agar dapat sedikit menuntaskan lelah dan kantuk yang masih bergelanyut. Syukur-syukur dapat melanjutkan mimpi semalam, setidaknya dapat mengumpulkan energi agar nampak lebih segar dan dapat kuliah tanpa menguap.
Tapi nyatanya, seperti biasa, jangankan bangku kosong…., berdiri tegak pun susah rasanya, harus berhimpit, berdesak, dan menahan panas, pengap, juga bau keringat puluhan orang yang berlomba menuju tempat tujuan masing-masing. Yach…pagi ini seperti pagi biasanya.
Sore. Setelah seharian berkutat dengan tugas-tugas kampus dan organisasiku, hampir sama episode yang berlangsung setiap sore dan malam. Adzan maghrib berkumandang sementara kereta api belum sampai di stasiun Pondok Ranji. Segera aku wudhu dan sholat di mushola kecil di dalam stasiun itu. Di tengah-tengah sholatku…sayup-sayup ku dengar kereta api semakin mendekat, dan akhirnya, di rakaat keduaku, kereta api telah meninggalkanku. Ini berarti, aku harus nunggu satu jam lagi kereta berikutnya.
Wah…aku harus putar arah, naik bus saja…agar tak lama menunggu.
Capek, ngantuk, laper dan pusiiing? Menumpuk menjadi satu.
Beginilah aku setiap hari, walau aku harus pulang-pergi, berdesak-desakan di kereta, bau keringat dan polusi kendaraan bercampur menjadi satu, tetap akan kujalani dengan hati gembira. Yap? semua kulakukan untuk mengejar impianku. Sarjana Ekonomi…
* * *
Dua tahun yang lalu, Acara pelepasan alumni dan penganugerahan siswa teladan tingkat kabupaten di sekolahku telah merubah pola pikirku merencanakan jalan hidup.Saat itu aku sudah menyerah untuk tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi karna menyadari kondisi ekonomi keluargaku. Ku putuskan untuk mengikuti jejak teman-teman sekampungku untuk bekerja mengadu nasib di Jakarta.Namun, sebuah pengumuman dan panggilan pembawa acara malam itu merubah semua tekadku.
"Juara Umum Lulusan Periode 2002-2003 Sekolah Menengah Atas se-Daerah Tingkat II Bogor ……….., Syarifah Azizah kami persilahkan maju ke panggung !"Jantungku seakan berhenti berdenyut.
Benarkah ini.
Aku……………
Seorang anak petani di kampung harus naik ke panggung di depan tatapan beribu-ribu pasang mata para siswa, wali murid, jajaran pejabat PEMDA, serta para tamu undangan dan bahkan Menteri Agama yang hadir saat itu.Kakiku melangkah serasa tak menapak tanah.
Entah apa yang terbersit dalam dadaku. Yang kutahu, puja dan puji syukur ke hadirat-Mu membuncah. Terimakasih Ya Allah, tak kusangka ini semua.
Semenjak malam itu, atas dukungan seluruh guru, ustadz, keluarga dan teman-temanku, ku bertekad untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Apapun cobaan dan kendalanya. Akhirnya kuputuskan untuk meraih cita-citaku di Kampus Pembaharu pilihanku.
***
Setelah desak-desakan mobil metromini 510, akhirnya sampai juga di Terminal Rambutan, ganti bus langgananku.
Tiba-tiba duduk di sampingku seorang ibu paruh baya menggendong bayi dan seorang bocah berumur empat tahun. Mereka berbeda dengan penumpang lainnya, kumal, berbaju compang-camping dan aroma tak menyenangkan tersebar dari tubuh mereka.
Astaghfirullah, maafkan hamba Ya Allah, aku telah menilainya dari segi lahiriyah. Padahal belum tentu aku lebih baik di sisi-Mu dibanding mereka.
"Maaf Teh? bisa minta tolong bayarkan ongkos mobil ini, saya kehabisan uang Teh?.
"Masya Allah, betapa naifnya aku, kenapa dari tadi aku tidak melakukan apa-apa, malah justru memandangnya dengan perasaan risih. Aku tidak memberikan sesuatu, sampai akhirnya ia memintanya duluan.
"Maaf Bu, cuma bisa segini? kataku lirih sambil mengulurkan selembar uang seribuan.
"Terimakasih sekali Teh, yang penting saya bisa sampai Jatinegara, saya akan mencari nasi di sana"
"Lho memangnya Bapak anak-anak kemana Bu?" Kuberanikan diri bertanya padanya.
Kulihat wajahnya memerah dan tiba-tiba butiran bening mengucur dari kedua kelopak matanya yang sayu.
Ya Allah, maafkan hamba yang telah menambah penderitaannya dengan menyakiti hatinya.
"Suami saya tidak pernah mau tahu keadaan kami Teh. Kerjaannya judi dan mabuk-mabukan. Kalau pulang ke gubuk kami, saya dan keenam anak saya sering terkena pukulannya bila tidak ada nasi," isaknya sambil menunjukkan luka memar di sekujur tubuh anaknya.
Ya Allah, kok ada Bapak yang setega itu terhadap keluarganya.Kulihat sekelilingku, penumpang-penumpang lain memperhatikan kami, tapi tidak ada satupun yang tergerak mengulurkan bantuan untuk Ibu itu.
Kurogoh dompetku, tinggal uang sepuluh ribuan dua, sisa gaji les prifatku bulan ini. Kuambil satu untuk kuberikan padanya lagi. Tapi kuurungkan kembali, terbersit di benakku bayangan keluargaku tercinta.
***
Terlintas bayangan Bapakku yang renta terbaring tanpa daya menahan sakit. Yach, tulang punggung kami itu sudah tiga tahun tak berdaya melawan asam urat akutnya. Karna ketiadaan biaya lah penyakitnya belum tersembuhkan.
Sekilas berganti dengan kelebatan Ibuku, sosok yang tampak lebih tua dari usianya. Pekerjaan berat telah menggariskan keriput di wajahnya dan mengukir kasar telapak tangannya.
Berkelebat lagi bayangan adikku yang harus sering tebal muka dipanggil guru BP karna SPPnya belum lunas menjelang ujian semester.
Tak kusadari, satu air mataku bergulir.
Aku ingin cepat sampai rumah, aku kangen keluargaku.
***
"Teh, kenapa menangis?"Ku tersentak kaget.
Suara Ibu itu membangunkan lamunanku.
Kutatap wajahnya dalam-dalam sambil terus bergumul kebimbangan dalam hatiku. Kasihan mereka. Untuk makan hari ini pun tidak ada uang.
Tapi…………Bapak, Ibu dan adik-adikku pun sedang membutuhkan uang.
Silih berganti berkelebat di pelupuk mataku wajah Ibu dan kedua anaknya itu dengan keluargaku.
Aku bimbang dan bingung.Sepuluh ribuan itu masih tergenggam erat di tanganku.
Namun akhirnya?
"Bu, sabar dan selalu berdoa agar suami Ibu sadar dan keluarga Ibu kembali bahagia mendapat perlindungan-Nya."
Kuselipkan uang itu ke tangannya.
Tanpa kuduga, ia menangis dan memelukku.
Ya Allah, Ibu itu lebih membutuhkan uang ini.
Kutitipkan keluargaku pada-Mu.
Aku yakin, Engkau Maha Penyayang. Kau akan lindungi dan cukupi keluargaku. Kupasrahkan seluruh hidupku.
Ku yakin, rizkiku, jodohku dan matiku telah Engkau tetapkan.
***
Sabtu pagi, cerah sekali.
Kunikmati hari libur ini dengan masak dan merapikan seluruh pekerjaan rumah bersama.
Pos…………..pos…………!!!
Berhamburan adikku lari ke depan pintu, penuh harap sepucuk surat datang.
"Teh Ziza, surat ..…wah sudah gede nih kakakku, punya pacar segala !!!!!" dengan sigap ku berlari meninggalkan masakanku yang belum matang.
Surat…….??
Tumben, siapa peduli aku disini, aku kan "High Quality Jomlo" ……..cie……
Ku buka surat bersampul putih itu, deg-degan juga nih
Setengah tak percaya ku eja satu persatu barisan-barisan tulisan itu yang ternyata dari kampusku.
Ya Allah………….!
Aku dapat beasiswa……………
Secepat inikah Kau balas selembar sepuluh ribuanku
***
Fa Bi Ayyi Aala Irabbikuma Tukadziban
Maka Nikmat Tuhan Kamu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan ???

Rama Tak Setia

Sinta jatuh cinta ama Rama???
Seluruh dunia tahu itu.
Dari penghuni ujung menara Petronas yang tertinggi di dunia, sampai makhluk di dasar Laut Mati,titik terendah di dunia, yang berada 400 meter di bawah permukaan air laut.
Dari Brunei, negara terkaya di dunia, sampai Tanzania, negara yang paling miskin itu.
Dari sudut kota sampai pelosok desa. Semua tahu.
Namun, tiga tahun kemudian, tiba tiba ada pengumuman yang menggelegarkan seluruh mayapada ini.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, encang-encing, nyak-babe..., aku patah hati, aku dibuang, aku dicampakkan!!!", jerit Sinta di pagi buta, Jum'at Kliwon.
Dan saat itu, para nenek yang sedang mengunyah sirih harus tersedak. Para kakek yang sedang menikmati secangkir teh panas sambil mengulum gula jawa harus tertohok. Para ibu yang sedang mencuci baju di sungai pun harus tergelincir. Para bapak yang kecanduan merokok pun terbatuk. Bahkan para janin dalam kandungan pun harus melompat keluar secara prematur.
Semua terkejut.
Semua tak percaya.
Shock...
Tak mungkin ini terjadi.
Karna baru kemarin seluruh penghuni bumi ini merasa bagai penyewa, karna dunia bagaikan dimiliki oleh mereka berdua saja.
Baru sehari lalu, tak pernah kulihat bunga sempat mekar di taman, karna semua bunga telah habis untuk menghiasi pelataran hati mereka berdua.
Beberapa hari yang lalu pun tak ku jumpai satu produk parfum pun, dari merk Armani sampai Minyak Nyongnyong sekalipun, karna semua telah tertuang mengharumkan kisah mereka berdua.
Tak ada yang tahu, mengapa sejam yang lalu dunia bagai kiamat.
Sinta menangis, dan tak jauh dari situ terlihat Rama menggamit mesra tangan Srikandi lain yang menyunggingkan senyum kemenangan.
Ada apa dengan mereka??
Belum sempat Rahwana menculik Sinta, ternyata Rama telah mencampakkannya.
Kok skenarionya jadi begini??
Lalu untuk apa aku ada??
Bukannya dalam kitab epik Ramayana aku menjadi penolong, menyelamatkan Sinta dari genggaman tangan Raksasa jelek Rahwana??
Percuma dong aku pakai kostum kera putih, kalau aku tak jadi tampil di pentas.
Wahh..., aku harus mencari lowongan pekerjaan baru nich.
Besok pagi, di sudut-sudut tembok kota, kalian akan mudah menemukan pamflet. "Hanoman mencari lowongan pekerjaan".
Dan aku juga yakin, di samping pamfletku juga akan tertera iklan senada. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Rahwana dan prajurit-prajuritnya. Karena mereka semua sama, Jobless...
Yach, apa hendak dikata, di zaman post-modern ini susah mencari Rama yang setia. tanpa diculik pun Sinta sudah dibuang.
Wahai Rama, Ngono ya ngono, ning ojo ngono....
Bersabarlah Sinta, pangeranmu akan datang...
Gagah di atas kereta kuda kencana, terbang menjemput ke atas puncak kastilmu...
(Dewi MS)

Cerpen; Di Ujung Penantian...

"Kreteeeek...kreteeeek, Pyaaaarrrr !!!"
Wah, apalagi nih, bangun tidur turun ranjang nginjak telur???,
Siapa naruh telur di bawah ranjangku?
"Ngedohke memholo 'Ndhuk...!"
tiba-tiba simbahku sudah muncul di ambang pintu kamarku.
"Bangun 'Ndhuk...!"
"Baru jam dua Mbah, nanti aja setengah empat tahajudnya, biar sekalian subuh..." pintaku dengan masih memejamkan mata
"Nggak 'Ndhuk, kamu mandi dulu. Tadi Simbah sudah minta air dan kembang tuju rupo dari Wong Pinter..."
"Istighfar Mbah, sadar...segera taubat dan mohon ampun..., kok Mbah jadi begini?"
"Habis Simbah kasihan sama kamu 'Ndhuk...", keluh Simbah.
Langsung kutubruk Simbahku yang dengan tiba-tiba sudah penuh dengan linangan air mata.
"Maafin Wening Mbah, Wening nggak bermaksud mengecewakan Mbah, Ibu dan Romo. Ini bukan kehendak kita Mbah. Semua Allah yang ngatur.
****
Lebaran, aku harus pulang kampung. I miss you Yogyakarta...
Hal yang menyenangkan karna harus bertemu keluargaku, setelah penat dengan kebisingan Jakarta, dan hanya ditemani oleh simbahku.
Tapi lebaran juga hari yang mendebarkan.
Aku pasti harus ngadep Romo..., dimarahi lagi..., duuuuh...
***
"'Ndhuk, kamu itu cah mbarep, umur udah 30, adik-adikmu sudah omah-omah, apa kamu nggak pingin, nggak kepikiran?", benar dugaanku, pertanyaan yang sama sudah keluar berapa kali dari bibir Romo setiap aku pulang kampung.
"Romo, mana ada sih orang yang ndak pingin menyempurnakan separuh agama, menjunjung mahligai takwa?."
"Tapi apalagi yang kamu cari, jangan terlalu pilih-pilih 'Ndhuk, ra apik!", tutur Romo dengan lembutnya, namun menyentak dan menggetarkan seluruh sendi tulangku, kelu...
"Yang ini nggak mungkin Romo salah pilih lagi, Romo jamin kamu pasti merubah pendirianmu. Dijamin tokcer 'Ndhuk!!!", senyum Romo, tapi membuat seluruh bulu kudukku menjadi berdiri.
Semua orang sudah membujukku, menggunakan berbagai cara agar aku dapat bergeming dari pilihanku. Ibu, Romo, adikku, bahkan Simbah yang sempat meminta jampi-jampi ke orang pinter segala.
"Besok, putrane Kamas Handoyo yang baru pulang dari Mesir mau kesini. Mau yoo...!", pintanya merayu.
"Pangapunten ndalem Romo, kasih waktu Wening istiharoh ya..."
"Iyo 'Ndhuk, tapi percaya aja sama Romo, orangnya soleh, ngganteng, mapan, baru tamat S2 lho Ning. Poko'e bebet, bobot lan bibit'e pas sama kamu. cocok, kloooop...!"
***
Aku takut, sudah tak bisa dihitung dengan jari orang yang datang ke rumah. Teman kampusku, rekan kantor, dikenalin adikku, anaknya teman Romo. Tapi, selalu aja mereka tak muncul dalam istiharohku.
***
"Kulo mboten saget Romo...", dua mutiara bening meluncur di wajah tirusku yang semakin menua.
Ku tak berani pandang wajah kecewa Romo.
Dari lantaiku bersimpuh dibawah kaki Romo dapat kulihat pantulan wajah yang sudah penuh gurat-gurat keriput dan bermahkotakan uban putih keabu-abuan. Rahang kokoh wajah bijaksana itu menyembul, gemeretak gigi menahan amarah dan kecewa tak dapat disembunyikan.
"Wirang aku Ning. Gimana lagi Romo harus wangsulan sama Kamas Handoyo. Mau taruh mana muka Romo ini. Romo yang sering dapat malu, karna anak perawan Romo selalu begini. Kamu tu Ning, opo nggak malu sudah dilangkahi sama Nimasmu. Kamu itu priyayi Jowo, yang harus bisa njunjung dhuwur mendhem jhero derajat wong tuo. Nggak malah bikin wirang begini!"
"Romo, nyuwun kathahing pangapunthen. Saya nggak bermaksud nyakitin hati Romo. Namun Wening sudah pasti dengan jawaban istiharoh Wening, Romo!"
"Siapa...siapa...? pemuda impian kamu yang nggak pernah tahu tentang kamu itu?"
"'Ndhuk..., ra usah nggolek wirang. Ra sah mikirke wong seng ora welas asih karo kowe 'Ndhuk..., ke-thulho-thulho uripmu mengko..., Romo ra rilo..."
***
Ku tergugu di sajadah panjangkuSembilan tahun ku tak bosan pasrahkan perkara ini pada-Mu, karna ku yakin, jodohku telah Kau tetapkan.
Doa yang sama selalu kulantunkan. Jawaban yang sama juga Kau suguhkan. Kau selalu hadirkan berbagai jawaban dan mimpi yang memupuk keyakinan baja dalam langkahku.
Namun Tuhan, kenyataan yang kuterima beda dengan keyakinanku.
Pemuda saleh itu, tak bergeming dari pendiriannya.
Tak pernah sedetikpun ia berniat menyapaku, membawaku memasuki kehidupannya, mengizinkanku menyertai dakwahnya.
Tuhan..., bila ia tak menghendakiku, kenapa di setiap penghujung sujud panjangku, kau pahatkan namanya di kalbuku.
Untaian rasa ini bukan kehendakku, jangan Kau hina dinakan aku dengannya. Layakkah kusodorkan seonggok hati ini untukmu.
Tuhan..., hanya Kau yang Maha Tahu.Semua terserah pada-Mu, aku begini adanya.
***
"Bunda kok menangis...?"Kutersentak
Bocah kecil yang kulahirkan di ambang masa suburku itu bergelanyut manja di lengan kekar ayahnya.
Pemuda saleh itu...

Cerpen; Jangan Ada Dusta

Dewi Mar'atusshalihah
Dimuat dalam majalah KUBAH, Agustus 2005
"Sofi, carikan aku calon istri..."
Waaaaa........
Gimana ini...,
nyari kemana?
Supermarket, Tanah Abang, Glodok, atau Toko Kelontong?
Emang Gampang kayak nyari kacang rebus, gitu?
Enak aja...
Nyomblangin...
Mau ngasih berapa sih prangkonya? he he, matre...
Tapi bagaimanapun, aku kan baik hati...cieeee.......
***
Ku obrak-abrik memori otakku. Ku buka album kenanganku, mulai dari yang di TK hingga kini di kampusku. Ku bolak-balik buku telponku, kularik dari A sampai Z. Yang mana yang cocok dengan Fahrur, rekan Rohisku.ups..., Fatima Khairunnisa. Teman SMAku di Yogya dulu.
Gadis manis berlesung pipit, dengan kacamata yang menambah cantik wajah ovalnya. Yang memperkenalkanku untuk berjilbab, membawaku masuk Rohis, mengajariku menjadi muslimah sejati.Temanku yang seindah namanya.Puteri kesayangan Nabi, yang memang khairunnisa, sebaik-baik perempuan. Inilah sebaik-baik pilihan, untuk Fahrur.
***
Liburan mid-semester, aku pulang ke Yogya sebentar, yang juga untuk melanjutkan misiku, mencarikan istri...
***
Parangtritis, pantai di sebelah selatan Yogyakarta. Karang yang menjulang, ombak yang saling berkejaran di bawah birunya langit, yang katanya menjadi persemayaman Nyi Roro Kidul, Ratu cantik Pantai Selatan, wallahu a'lam.
Namun, di tempat inilah kami bernostalgia, mengenang masa-masa di SMA, bersama sobatku, calon mangsaku...
Setelah lelah berjalan, berlari, melompat dan melepaskan jerit ketika gulungan ombak menghampiri kaki. Kami duduk bersisian berkiblatkan laut, diam membisu membiarkan matahari tenggelam di lautan lepas, dalam gulungan buih putih di permukaan biru, berkejaran dan terantuk pada sebongkah cadas, tak bosan-bosannya menyapa dan membelai cadas sambil mengulang-ulang nyayiannya dalam irama yang datar.
Hanya jeritan camar yang menjadi pengiring irama abadi di pinggir pantai itu. Kubayangkan, kehidupan manusia itu seperti benturan buih dan cadas.
Cadas telah mengukuhkan kekuatannya ketika dia terus menerus dibenturkan oleh besar kecilnya riak buih yang menghantam. Tanpa jeda.
Manusia yang baik adalah manusia yang kuat seperti cadas. Jangan yakini kekuatan manusia sebelum dibenturkan oleh realitas. Cadas telah tawakal dan pasrah diri untuk menerima gempuran-gempuran buih kenyataan yang didorong oleh badai takdir. Gempuran itu tak boleh melemahkan, meluluhkan ataupun menghancurkan.
Jadilah seperti cadas, gempuran menjadikannya lebih kuat dari sebelumnya.
"Kenapa nggak dengan kamu aja Sofi?", tanyanya ketika dengan perlahan ku tawarkan niatku untuk mencarikan istri rekan dakwahku.
Ku hanya tersenyum, dengan datar. Dan kembali kuyakinkan Nisa, bahwa ia adalah makhluk-Nya, yang dikirimkan oleh-Nya, untuk menemani dan menguatkan langkah dakwah sobatku.
Rembang mulai turun, setengah bola api dari semesta telah tenggelam di lautan barat. Lapis awan oranye diam bermandi cahaya matahari yang makin lama makin lemah sinarnya. Sementara ratusan burung berkumpul mengitari awan itu, seakan salam penghormatan terakhir pada hari yang sebentar lagi akan ditinggalkan.
Waktunya pulang, dengan membawa seribu perasaan lega di hati, atas persetujuan sobatku.
***
Kulangkahkan kakiku memasuki pelataran rumah yang sudah tak asing lagi. tempat kami berdua bercanda, bercengkerama sepulang sekolah dulu.
Pohon jambu itu masih ada.
Lima tahun yang lalu, aku nangkring diatas sana, memilih jambu yang telah ranum memerah. Lalu tiba-tiba kuteriak dan terjatuh, karna seluruh tubuhku telah dipenuhi semut Rangrang. Di teras itu, kami makan rujak bersama, hingga merah semua wajah kami, penuh keringat, kepedasan.
Di teras itu, kini bersanding pemilik rumah itu, pemilik nama indah itu, Fatimah Khairunnisa, bersama ...shobatku...
***
"Ono opo tho 'Ndhuk, kok pulang dengan wajah mbesengut begitu...?"
Ku peluk Ibuku yang semakin menua, dengan rambut ditumbuhi uban satu-dua. Ingin ku luapkan perasaanku, namun ku tak tega menambahi beban yang telah menggelayuti wajah keriputnya.
"yo wis, cepat mandi, lalu lihat aja di dapur, Ibu sudah masak sayur kesukaanmu..."
Ibu...ibu...Ini yang membuatku kangen untuk pulang terus.
Nasi liwet, Pindang goreng, Bening Jowo, dan tak bisa ketinggalan...sambel terasi...
Wah, kalau sudah begini, Brad Pitt lewat pun aku tak peduli......
***
Malam ini, begitu nikmatnya ku berasyik masyuk menyapa-Mu
Di sajadah panjang ini, ku limpahkan semua derai tangisku
Tuhan, aku bukan Khadijah...Sang ummahatul mukminin, dengan sejuta talenta, yang telah mengajukan diri mendampingi hidup Sang Rasul mulia.
Aku bukan Srikandi, sang Wanodya ayu tama ngambar arumming kusuma, yang mempunyai mata nDamar kanginan, hidung mBawang tunggal, bulu mata nanggal sepisan, dan pipi yang nDuren sejuing.
Sehingga berani ngunggah-unggahi Arjuna.
Aku hanya gadis yang belajar dari seorang ibu yang berhati rembulan bersemangat mentari, dan seorang ayah yang segarang singa selembut sutra.
Ku tak layak Tuhan...
Ku tatap dinding kamarku, terpampang besar sekali gambaran rencana masa depanku, yang tersusun rapi dalam "Peta Hidup", seperti yang diajarkan Bunda Marwah.
Kususuri kotak demi kotak umurku. Mataku terpaku pada kotak ke 26, di tahun 2007. Ada dua point tertulis disana, S3, dan...menikah. Kutulis sedikit footnote kecil disana "F", hanya itu.
Tuhan, maafkan hamba telah lancang. Bukan kuberniat mendahului qadha-Mu. Ini hanya harapanku, rencanaku, inginku.... Namun, keputusan-Mu, itu yang pasti.
Ku ambil Tip Ex. Tak boleh kutulis inisial apapun di kotak peta hidupku.
Tuhan, jangan biarkan ku menangisi perkara yang telah Kau jamin dan Kau tetapkan. Namun permudahkan aku menangisi dosa dan kerinduanku pada-Mu.Nisa, hadiah terindahku untuknya.
***
Petang menjelang, tasyakuran pernikahanpun usai.
Setelah tamu-tamu pulang, meninggalkan lelah sekaligus gembira kedua mempelai dan keluarga, Fahrur segera menuju kamarnya, menyendiri…tergugu di atas sajadah. Lirih ia bergumam; Sofi, semoga ini hadiah terindahmu. Semoga ku bisa menepis perasaan ini.
Ku takut memetikmu, ku tak layak disisimu.
Cukup bagiku hadiahmu ini. Ku kan jaga, istriku, pilihanmu, amanahmu.
Ku teringat akan puisi yang ku dapatkan dari temanmu, tentang surat cinta, yang menyentakkan kesadaranku, mematahkan nyaliku untuk menyuntingmu…
Wanita suci
Bagiku kau bukanlah bunga
Tak mampu aku samakan kau dengan bunga-bunga
Terindah dan terharum sekalipun
Bagiku manusia adalah mahluk terindah
Tersempurna
dan tertinggi
Bagiku dirimu salah satu manusia terindah
Tersempurna dan tertinggi
Karenanya kau tak membutuhkan persamaan
Wanita Suci
Dengan menatapmu, telah membuatku terus mengingatmu
Dan memnuhi kepalaku dengan inginkanmu
Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding khayalku
Membuatku inginkan dirimu sepenuh hati, seluruh jiwa sesemangat mentari
Dirimu terlalu suci untuk hadir dalam khayalku
Yang penuh dengan lumpur...
Wanita suci
Menghabiskan waktu berdua denganmu bagai mimpi tak berujung
Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu
Meski ujung penutupmupun tak pernah berani kusentuh
Jangan pernah kalah dengan mimpi dan inginku...
Karena aku biasa memakaikan topeng keindahan pada wajah burukku
Meniru pakaian para rahib, kiai dan ulama
Meski hatiku lebih kotor dari kubangan lumpur
Wanita suci
Beri sepenuh diri pada dia sang lelaki suci
Yang dengan sepenuh diri membawamu pada Ilahi
Untuknya dirimu ada...
Tunggu sang lelaki suci menjemputmu
Atau kejar sang lelaki suci itu...
Dialah hakmu...
seperti dicontohkan ibunda Khadijah
Jangan ragu...,
jangan malu...
Wanita suci
Bariskan harapanmu pada istikharah penuh ikhlas
Relakan Tuhan pilihkan lelaki suci bagimu
Mungkin sekarang atau nanti...
Bahkan mungkin tak ada..., sampai kau mati
Karena kau terlalu suci,
untuk semua lelaki,
dalam permainan ini
Karena lelaki suci itu menantimu di istana kekal
Yang kau bangun dengan kekhusu'an ibadah
Wanita suci
Pilihan Tuhan tak selalu seindah inginmu
Tapi itulah pilihan-Nya
Tak ada yang lebih baik dari pilihan-Nya
Sang Kekasih Tertinggi
Tempat kita memberi semua cinta
Dan menerima cinta yang tak terhingga
Dalam tiap detik hidup kita

Manusia Ideal

KESEIMBANGAN FIKIR, ZIKIR DAN AMAL; CERMINAN MANUSIA IDEAL
Dewi Mar'atusshalihah, S.Hi
Telah dimuat di ASSABIL Journal, 2003
***
"Sesungguhnya dalam terciptanya langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, semua itu ialah tanda (ayat) bagi orang yang berakal" (ulul albab)
***
Siapa sesungguhnya manusia? Pertanyaan itu merupakan pertanyaan abadi bagi manusia yang mencari jati dirinya.Dalam mutiara hikmah Arab dinyatakan bahwa man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu (Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengetahui Tuhannya), Al-Qur'an pun dengan tegas memperingatkan manusia untuk selalu berfikir, terutama tentang dirinya. 'Wa fī anfusikum afala tubshirūn (dan terhadap dirimu apakah tidak kau selidiki?)
Pertanyaan tersebut sebenarnya sudah berusaha dijawab, namun jawaban-jawaban itu akan terus berkembang karna manusia belum menemukan jawaban seutuhnya, karna manusia adalah makhluk yang multi dimensi. Makhluk yang dapat dikaji dari berbagai segi.
Pembahasan soal manusia seolah tanpa batas, bisa dipahami dari berbagai pendekatan,seperti pendekatan materialisme, idealisme, antropologis, sosiologis, psikologis, teologis dan lain sebagainya.Adapun dalam pendekatan teologis, manusia dipandang menggunakan Al-Qur'an yang membahas manusia secara holistic (menyeluruh) menyangkut berbagai aspek, baik dari materi, tujuan, fungsi penciptaan, pandangan hidup, kebaikan dan keburukan, serta ikhtiar dan takdir manusia.
Manusia diciptakan Allah bukan tanpa tujuan, tanpa ukuran dan bukan sia-sia. Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia menjadi khalifah di bumi dan agar menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya.Bumi beserta seluruh isinya diciptakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia, sebagai rasa kasih sayang Allah.
Sebagai khalifah di bumi berarti manusia melakukan fungsinya mengatur kehidupan dalam berbagai bidang dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan mengikuti peraturan-peraturan yang telah digariskan oleh Sang Pemberi Mandat. Jika aturan itu ditaati, maka kehidupan di dunia akan harmonis, sebaliknya jika kehidupan di bumi diatur oleh orang-orang yang mengingkari aturan, maka konflik-konflik akan terus muncul
Disamping itu, manusia sebagai hamba Allah harus menjalankan fungsinya sebagai Abdullah, senantiasa beribadah kepada Allah. Menjalankan ibadah itu bukan hanya di masjid ketika shalat, tetapi melaksanakan segala pekerjaan asal dengan niatan yang tulus tentu dapat dinilai sebagai sebuah ibadah. Segala aktifitas dilakukan dengan niat karena Allah, dengan mengikuti aturan Allah, dengan mencontoh Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, dan dipenuhi dengan rasa cinta dan takwa kepada Allah SWT.Walaupun demikian, pada kenyataannya, banyak manusia yang menghambakan diri (menyembah) kepada selain Allah, seperti kepada hawa nafsu, uang, harta, jabatan, status, ilmu, teknologi, atasan dan sebagainya. Mereka mencurahkan dengan sepenuh rasa cinta dan takut kepada selain Allah tersebut, sehingga lupa fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah.
a. Insan ulul albab; karakter muslim ideal
Ulul albab adalah salah satu karakteristik ideal seorang muslim. Kata itu disebutkan 16 kali dalam al-Qur'an.Ulul albab berasal dari dua kata, yaitu ulu yang berarti memiliki dan al-albab adalah bentuk jamak dari al-lubb, yang artinya otak atau pikiran. Dengan demikian ulul albab berarti orang yang mempunyai otak yang berlapis-lapis sekaligus perasaan yang dalam, atau orang yang memiliki berbagai kualitas.
Surat Ali 'Imran ayat 191 menyebutkan "Yaitu orang-orang yang mengingat-ingat Allah sambil berdiri dan sambil duduk dan sambil berbaring diatas lambung mereka. Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (lalu mengambil kesimpulan): Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan itu semua dengan sia-sia. Maha Suci Engkau. Selamatkan kami dari siksa neraka."
Dan dari surat Ali Imran ayat 190:Sesungguhnya, dalam terciptanya langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, semua itu adalah tanda (ayat) bagi orang yang berakal (ulul albab).
Dalam ayat tersebut, timbul konsep tentang dzikir dan fikir. Ayat ini mengatakan bahwa orang yang mempunyai akal, akan melihat seluruh gejala langit dan bumi yang tercipta sebagai gejala ontologis yang perlu difikirkan.Mereka yang berfikir pasti mengambil I'tibar dari gejala alam dan akan melakukan sesuatu, misalnya membuat saluran irigasi, bendungan untuk mendistribusikan air hujan ke daerah-daerah yang akan ditanami.
Seorang yang mempunyai kualitas ulul albab bisa berkembang menjadi ahli tehnik, botanikus, atau petani biasa yang bisa memanfaatkan sumber daya alam.Tapi tidak berhenti disitu saja, seorang ulul albab akan merenung juga bahwa semua itu mempunyai masa hidup tertentu, lalu akan layu dan kemudian mati. Disini ia akan melakukan transendensi, berfikir lebih jauh tentang hakikat hidup, karena proses berfikir dengan segala derifasinya, teknologi, sains, peradaban dan lain sebagainya, tidak akan bermakna dihadapan Allah kecuali disesuaikan dengan aturan-aturan penggunaannya dalam al-Qur'an yang telah ditetapkan Allah.
Dalam masalah fikir dan dzikir ini keduanya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Karena perpaduan antara aspek fikir dan aspek dzikir inilah yang merupakan formasi satu karakter insan ulul albab.Ulul albab tidak hanya berfikir tentang alam fisik dan berdzikir saja, melainkan juga dengan amal konkritnya.
Kepemilikan pengetahuan saja tidaklah cukup untuk membuat seseorang mendapat kualifikasi sebagai ulul albab. Ia juga harus seorang yang punya keterikatan moral, memiliki komitmen sosial dan melaksanakan sesuatu dengan baik.Manusia ideal bukanlah hanya seseorang yang mempunyai kesalehan individual yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, yaitu hubungan dia sebagai makhluk dengan Sang Maha Penciptanya. Dengan rajin shalat, puasa dan ibadah ritual lainnya saja. Keberagamaan bukan untuk kepentingan diri sendiri yang egoistik, memikirkan pahala diri sendiri. Namun manusia ideal adalah yang mempunyai kesalehan sosial yang berkaitan dengan ibadah muamalah yang mengatur hubungan makhluk Allah dengan mahluk lainnya. Hal ini terlihat dengan mengaktualisasikan kesalehannya kedalam kehidupan sosial dengan amal konkritnya, mungkin berupa membebaskan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan, menghasilkan kebaikan, perdamaian, keadilan dan tentunya kesejahteraan.
Manusia ideal tidak akan tinggal diam ketika bangsanya ada pada posisi puncak dalam masalah korupsi. Kemiskinan makin terasa dan makin meluas. Hukum tidak ditegakkan. Anak muda makin terseret jauh dalam penggunaan narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya. Dia akan mempunyai daya sentuh, daya gugah serta daya ubah terhadap sikap dan perilaku masyarakat yang melenceng.
Dengan demikian, muslim ideal adalah orang yang memiliki misi dan komitmen terhadap perubahan sosial dan memiliki keberanian moral untuk membela dan mempertahankan kebenaran dan keadilan, juga merupakan orang yang mempunyai kepekaan, sikap kritis, dan tanggungjawab sosial untuk bertindak demi kebaikan sesama manusia.
Dengan kemampuan fikirnya, ia selalu mencoba untuk menggali ilmu sedalam-dalamnya. Ia sadar hanya dengan ilmu itulah Allah akan meninggikan derajatnya diantara orang-orang yang beriman. Dengan ditunjang kekuatan dzikirnya kepada Allah, dalam hidup ini ia sadar bahwa tidak pantas baginya sombong dengan ilmu yang dimilikinya, karena semua itu milik Allah.
Selain itu seorang muslim adalah delegasi Allah, yaitu sebagai khalifah-Nya di bumi, untuk mengatur dan menjaga kelestarian alam semesta.Muslim ideal bukanlah orang yang bergantung di atas angin atau tinggal di menara gading. Muslim ideal adalah orang yang sering terdorong untuk mengotori tangannya dengan kegiatan konkrit kemasyarakatan. Dimanapun berada, ia selalu mempergunakan ilmunya dengan berpedoman kepada kebenaran dan keadilan.
Dapatkah kita jumpai orang-orang yang mempunyai kualitas tinggi tersebut?Tentu saja sulit. Tetapi diantara yang sulit tersebut kita temukan tokoh para Rasul dan Nabi, terutama yang disebutkan dalam surat Al-Ahqaf sebagai Ulul azmi; yang memiliki keteguhan hati dan mampu mengambil keputusan dengan segala resiko.
Walaupun demikian, dengan menjalankan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Al-Qur'an itu, maka orang-orang biasapun bisa mencapai kualitas ulul albab. Jika tidak, mengapa kata tersebut disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 16 kali, kalau tidak untuk diteladani dan dicapai?
Marilah bersama berlomba-lomba mencapainya……*
Tuhanku, ku ingin menjadi ciri-ciri manusa ideal
Love, keep and guide me, my Allah!!!