Saturday, October 24, 2009

AGAR ANAK CEPAT HAFAL QUR'AN

Selepas terawih sambil menggendong bayi saya, saya sempatkan untuk nerusin ngetik sedikit tentang uneg-uneg masalah Indonesia-Malaysia yang dari kemarin nggak selesai karna setiap buka komputer pasti anak-anakku sudah langsung nyerbu rebutan make komputer, sibuk minta nonton kartun lah,nanya ini itu lah, liat foto lah....fuyoooohh. Sambil ngetik saya nyalain CD murotal al-Qur’an yg dilantunkan oleh suamiku, kebetulan sampai surat al-Waqiah. Zahra, anak sulungku asyik mainan boneka dibelakangku. Tiba-tiba ketika bacaan Waqi’ah sampai ke ayat kesepuluh Zahra nyeletuk membaca ayat kesebelas, “ulaikal muqorrobuun” dengan suara pelatnya. Kontan aku terkejut. Lho....dah hapal mendahului suara ayahnya...Mulutku masih menganga belum selesai terkejut Zahra dah ngeduluin dengan...“..Na’iim....” kemudian “...Waliin...”, “..Khoriin...”, “duunah...”, “Biliin...”, hafal ujung-ujungnya thok. Fatimah el-Zahra, 2,5 tahun, memang lagi penasaran-penasarannya liat sesuatu yang baru. Sampai saya kewalahan dan kadang jengkel dibuatnya. Saya nggak heran kalau sekarang dia dah hafal Fatihah, A-Z, one hingga twenty, wahid hingga ‘Asyrah, alif hingga ya, nama hewan dan buah-buahan..karna memang saya ajarkan. Tapi al-Waqiah...., saya nggak pernah ajarkan, karna saya fikir itu masih berat untuknya, saya akan ajarkan bertahap dikemudian hari. Sekedar hafal ujung-ujung ayat surat al-Waqiah memang bukan hal yang luar biasa. Tak sehebat Annisa Rania Putri anak Banjarmasin yang 9 tahun dah menguasai 5 Bahasa sekaligus, tidak sehebat Askrit Jaswal dari India yang menjadi mahasiswa dan dokter India termuda dalam sejarah, tak semencengangkan seperti Mozart yang telah mengcompose lagu pertamanya pada usia 5 tahun, tak seperti William James Sidis yang sudah dapat membaca pada usia 18 bulan. Pengalaman ini saya tulis bukan karena saya ingin membanggakan anak sendiri, ataupun ingin mengatakan bahwa Zahra hebat. Tidak. Zahra adalah anak biasa-biasa saja lumrahnya anak kecil sebayanya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa anak kecil ingatannya luar biasa. Jadi kita harus maksimalkan potensinya semaksimal mungkin. Pasti kita sudah berkali-kali membaca artikel tentang pertumbuhan otak bayi yang begitu cepat, sehingga proses dari 0-3 tahun disebut sebagai milestones atau tonggak bersejarah dalam perkembangan anak. Dia bagaikan sponge yang akan meniru dan menyerap apa saja informasi yang dia lihat ataupun dia dengar. Sehingga para peneliti Barat menganjurkan para ibu dari mulai hamil disuruh memperdengarkan musik Mozart ataupun Beethoven untuk mencerdaskan anak. Lantunan Al-Qur’an ternyata lebih bisa merangsang perkembangan otak dibandingkan Mozart ataupun Beethoven. Begitupun dengan Zahra. Pada bulan Ramadhan ini sambil mengetik saya selalu mendengarkan al-Qur’an dari komputer. Namun hanya Waqi’ah, Luqman, Sajdah dan al-Mulk yang sering saya dengarkan. Tanpa disadari, dari kebiasaan mendengarkan al-Qur’an itulah memori Zahra menangkap sedikit demi sedikit ayat-ayat dari surat-surat al-Qur’an tersebut. Mari sama-sama besarkan anak kita menjadi khalifah Allah yang sukses dengan berusaha untuk mencontohkan hal yang baik kepada anak kita dan hindarkan dari pengaruh negatif yang akan menjauhkannya dari Allah. Perdengarkanlah al-Qur’an sekerap mungkin kepada anak kita. mumpung otaknya tengah berkembang pesat maka biasakanlah sejak dini untuk memupuk minat belajar dan menghafal al-Qur’an. Seperti pepatah (dari Indonesia atau Malaysia saya tak tahu) “melentur buluh biarlah dari rebungnya”. yang bermaksud dalam membesarkan anak-anak perlu diasuh dan dididik sejak dari kecil atau dalam bahasa Inggerisnya "it’s better to bend the willow when it is young". Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal- hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.Jadilah contoh muslim teladan bagi anak-anak kita.Tanamkan bibit agama agar dapat sukses dunia akhirat. Malam semakin larut, saya terus kletak kletuk memencet keyboard diiringi Zahra yang lagi ngafalin ujung surat Luqman. “Kafuur…syai’aa…ghoruur…, ghodaa…, khobiir…, shodaqallahul adziim”. Semoga Allah panjangkan umur kita nak…jadilah penghafal pengamal dan penebar al-Qur’an. (Saya sengaja tag kepada Bapak-Ibu agar semakin semangat dan tak putus aja mendidik putra-putrinya, juga kepada calon bapak yang sedang mencari calon ibu kepada anak-anaknya agar dapat mencari calon ibu yang dapat menjadi al-ummu al-madrasah, serta bagi para calon ibu yang sedang menanti datangnya jodoh agar cepat mendapatkan calon bapak yang dapat mendidik seisi keluarga. Amiin.) Oh ya, murotal al-Qur'an bacaan suami saya alunannya agak perlahan jadi sesuai untuk ingatan anak kecil, kalau ingin pakai boleh di download di link saya. Semoga menjadi amal jariah kami sekeluarga, Encik Isa sekeluarga dan Lensa Film yang bersusah payah merekamnya serta AJK Al-Amin yang mengedarkannya. Amiin

DAKWAH BERBASIS RISET

Tulisan yang sangat menarik untuk dibaca demi sinergisitas pengembangan ummat ke depan..... Rabu, 07 Oktober 2009 pukul 01:52:00 Oleh: Muhbib Abdul Wahab (Dosen Pascasarjana UIN Jakarta) Artikel Tarmizi Taher, 'Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat', yang dimuat harian ini pada Sabtu, 26 September lalu, cukup menggugah dan menarik. Menggugah pemikiran karena ada sejumlah ide yang 'memprovokasi' kita untuk bergerak dan beraksi memberdayakan masyarakat. Menarik karena ranah dakwah dibuka luas, tidak terbatas pada dakwah verbal dan dakwah aktual, tapi juga dakwah sosial dan dakwah kultural. Dakwah Islam sebagai 'aksi individual' sudah digeluti umat Islam Indonesia sejak awal masuknya di wilayah nusantara. Dakwah juga telah menjadi profesi yang hampir menyamai dunia keartisan. Tapi, dakwah sebagai aksi kolektif yang terprogram dan ter-manage dengan profesional tampaknya belum mendapat perhatian yang serius dari banyak pihak, termasuk kalangan akademisi Muslim. Dakwah di Indonesia juga belum dikembangkan sebagai ilmu secara optimal, meskipun di beberapa UIN dan IAIN, sudah berdiri Fakultas Dakwah. Oleh karena itulah, dinamika dakwah cenderung berjalan menurut 'selera pasar', bukan menurut paradigma keilmuan yang kokoh dan visi misi Islam sebagai rahmatan lil alamin . Para da'i, termasuk da'i selebriti atau selebriti da'i, cenderung mengedepankan penampilan sebagai intertainer, daripada menginternalisasika n pesan dan pelajaran substantifnya. Kultur masyarakat kita juga cenderung menyukai hiburan sehingga dakwah bernuansa hiburan atau hiburan yang dilabeli dakwah lebih marak daripada dakwah edukatif, humanis, dan inspiratif. Dakwah berbasis riset Tantangan dakwah di era globalisasi ini dipastikan semakin berat. Masyarakat dihadapkan pada pergeseran nilai akibat kemajuan sains dan teknologi. Materialisme, kapitalisme, sekularisme, permisivisme, liberalisme, dan hedonisme merupakan ideologi yang selalu mengepung dan meninabobokan pola pikir masyarakat. Sementara itu, lembaga pendidikan dewasa ini belum sepenuhnya berdaya dan berhasil membekali dan membentengi para peserta didiknya untuk menangkal dampak negatif dari pola pikir ideologi tersebut. Bahkan, sebagian lembaga pendidikan larut dalam apa sering disebut sebagai 'komersialisasi pendidikan' sehingga sebagian institusi pendidikan sudah berideologi kapitalis dan materialis. Sebagai negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, masyarakat Muslim Indonesia idealnya mampu menggerakkan roda dakwah komunal, bukan sekadar dakwah individual ke arah dakwah berbasis riset (DBR). DBR bukan sekadar menyampaikan dakwah kepada sasaran dakwah ( mad'u ), tapi merupakan dakwah yang dilandasi hasil-hasil riset, penelaahan, dan pengkajian materi dakwah secara akademik dan komprehensif. DBR didesain menurut teknologi dakwah: rancang-bangun dakwah yang bersendikan ilmu dakwah (dan komunikasi), materi, metode, dan media dakwah yang tepat dan efektif. Selain itu, DBR juga menghendaki standardisasi dan profesionalisasi, tidak sekadar keberanian tampil dengan modal seadanya dan tidak dilandasi hasil-hasil riset yang memadai. Standardisasi dan profesionalisasi dakwah boleh jadi menimbulkan kontroversi karena tugas 'berdakwah' itu pada umumnya dipahami sebagai hak publik (umat Islam). Namun demikian, sebagaimana sistem pendidikan, dunia dakwah juga harus dikelola dan dikembangkan menurut standar keilmuan dan profesi secara baik dan benar. Tujuan, kurikulum (kompetensi dan materi), pendekatan, metode, dan media dakwah perlu dirumuskan sesuai dengan kelayakan, kepatutan, dan kebutuhan. Untuk merealisasikan DBR, diperlukan adanya keseriusan berbagai pihak, terutama para da'i dan ilmuwan dakwah, untuk memetakan dan mendesain masa depan dakwah di Indonesia dengan mengoptimalkan fungsi lembaga dan fakultas dakwah sebagai pusat studi atau penelitian dan pengembangan dakwah Islam. Kolaborasi dan sinergi berbagai organisasi sosial keagamaan, seperti Muhammadiyah dan NU, dalam menata ulang sistem DBR menjadi sangat relevan dan strategis karena masing-masing organisasi tersebut memiliki dan membina segmen komunitas mad'u yang relatif tidak sama. Demikian pula, kerja sama yang berorientasi pada pengembangan riset dakwah antara perguruan tinggi Islam (Fakultas Dakwah) dengan lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta perlu diinisiasi dan digerakkan. DBR adalah bank informasi dan materi dakwah amar ma'ruf nahi munkar sekaligus strategi dan media komunikasi bagi siapa pun yang menekuni dakwah. Sebagai bank, DBR harus mempunyai lembaga (wadah organisasi) yang menghimpun dan mengoptimalkan tenaga-tenaga peneliti dakwah dalam mengembangkan sumber daya dakwah, termasuk informasi dan materi dakwah. Sebagai strategi, DBR harus menjadi komitmen setiap da'i dalam menjalankan profesinya sebagai da'i. Dan, sebagai media komunikasi, DBR idealnya memainkan peran penting sebagai 'jembatan penghubung' antarkomunitas da'i dalam mengembangkan dan memutakhirkan materi, metode, teknologi, dan media dakwah. Pendidikan kemandirian Jika dicermati, aset dan sumber daya dakwah dewasa ini relatif cukup kaya. Khazanah dakwah mengenal model dakwah ESQ 165 Ary Ginanjar Agustian yang cukup sukses melatih dan melejitkan kecerdasan emosional dan spiritual para eksekutif, pegawai, dan berbagai kalangan terpelajar. Ada ustaz Jefri Al Buchori (Uje) yang terampil berdakwah di kalangan anak-anak muda dengan pendekatan popnya. Ada juga ustaz Yusuf Mansur yang sangat getol mengajak masyarakat untuk gemar bersedekah, dan menjadikannya sebagai langkah jitu untuk mengembangkan kemandirian ekonomi umat. Model dakwah AA Gym yang santun dan menyejukkan juga merupakan aset dakwah yang dapat memperkaya khazanah sumber daya dakwah. Ada pula Mario Teguh dengan model komunikasi dakwahnya yang cenderung menggunakan bahasa universal dan bahasa filosofis. Penting juga disebut di sini, Muhammad Syafi'i Antonio yang penguasaan materi dakwah dan kefasihannya berbahasa Arab (dan juga Inggris) perlu ditiru oleh da'i-da'i yang lain. Dan tentu saja, Pak Quraisy Shihab, dengan Tafsir al-Misbah -nya juga penting diteladani dalam pengembangan DBR. Semua da'i yang disebut di atas, dan masih banyak lagi termasuk kalangan da'i-da'i dari kalangan perguruan tinggi Islam dan organisasi sosial keagamaan, memiliki kekhasan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Semua juga menempuh khittah -nya sesuai dengan 'pangsa pasar' masing-masing. Sungguh menarik dan strategis jika mereka semua bisa duduk bersama untuk menyinergikan segala potensi yang ada demi merancang masa depan sistem dakwah yang mampu melahirkan kemandirian umat, khususnya di bidang sosial ekonomi. Jika semua aset dan sumber daya dakwah tersebut dipertemukan dan disinergikan untuk mengembangkan model dakwah yang dapat memberdayakan masyarakat-- meminjam istilah Tarmizi Taher niscaya lokomotif dan bank dakwah di Indonesia akan semakin mampu menarik gerbong umat menuju kemandirian. Oleh karena itu, semua da'i perlu memahami dan mengaktualisasikan pendidikan kemandirian dalam aktivitas dakwahnya sehingga komunitas madu menjadi berdaya. Pendidikan kemandirian merupakan misi profetik para Rasul. Dengan modal dasar tauhidullah (pengesaan Allah), Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW, misalnya, membebaskan masyarakatnya dari ketergantungan hidup kepada selain Allah. Dengan tauhidullah pula, masyarakat diserukan untuk tidak percaya kepada para dukun, tukang ramal, berhala politik, dan tuhan-tuhan palsu lainnya yang menyesatkan dan memperdayai. Jadi, tauhidullah harus ditindaklanjuti dengan tauhid al-ibadah (unifikasi ibadah) dan tauhid al-ummah (penyatuan umat) menuju pembentukan khaira ummah (umat terbaik) yang selalu tampil membela dan melayani kepentingan umat manusia. Sejujurnya, bangsa ini, khususnya umat Islam, belum sepenuhnya berkomitmen iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan) , sehingga terkadang mudah menggadaikan kemandiriannya kepada bangsa lain, lebih-lebih ketergantungannya kepada selain Allah.

MUNGKIN KANDUNGAN BABI SUDAH MENJALAR DALAM TUBUH KITA

Hidayatullah.com--Bagi mereka yang mengkonsumsi daging babi, ketika menikmati sepotong bacon sandwich, mungkin hanya sedikit yang bertanya-tanya kemana perginya bagian tubuh lain dari babi yang telah mengorbankan nyawanya untuk manusia itu. Seorang penulis yang penasaran, Christein Meindertsma, mencoba melacak kemana saja bagian-bagian tubuh babi itu pergi. "Seperti kebanyakan orang, saya hanya sedikit mengetahui apa yang terjadi setelah seekor babi meninggalkan rumah jagal. Oleh karena itu saya berusaha untuk mencari tahu. Saya mendatangi seorang teman peternak babi yang setuju mengizinkan saya untuk mengikuti salah satu dari hewan-hewannya." Dengan nomor identitas 05049 yang tertulis pada label kuning yang melekat di telinganya, perjalanan seekor babi berakhir dalam keadaan yang menakjubkan. Bagian-bagian tubuhnya digunakan paling tidak untuk 185 keperluan yang berbeda. Mulai dari pabrik permen dan shampo, hingga roti, body lotion, bir, dan peluru. Christein berkata, "Saya sangat terkejut ketika saya mulai mengetahui betapa luar biasa dan bervariasinya kegunaan dari seekor babi. Sepertinya pada masa sekarang ini, babi tidak lagi sekedar dipandang sebagai hewan , tapi lebih sebagai bahan baku mentah industri dengan jenis pemanfaatan berbeda yang jumlahnya tidak terbayangkan." Menurut catatan babi dengan nomor identitas 05049 yang diikutinya, sebanyak 4,9 pon dari total bobot tubuhnya 272 pon, digunakan untuk pembuatan permen kenyal. Sementara 4,8 pon digunakan untuk pembuatan permen liquorice. Dalam proses tersebut, kolagen dikeluarkan dari babi, kemudian diubah menjadi gelatin. Dari sini kemudian, penggunaannya dalam proses produksi makanan semakin beragam, terutama sebagai agen pembentuk gel. Meskipun tidak semua permen di Inggris mengandung gelatin babi, tapi banyak yang menggunakannya. Termasuk permen produksi Marks & Spenser yang sangat populer dan sesuai namanya, yaitu permen Percy Pigs. Tidak hanya permen yang mengandung gelatin. Dalam bir, anggur, dan jus, gelatin babi digunakan untuk menghilangkan warna keruh dari minuman. Gelatin itu bekerja sebagai agen pencerah, dengan cara bereaksi dengan tannin dalam cairan dan menyerap keruh. Sebagian eskrim, whipped cream, yogurt, dan juga mentega, mengandung gelatin. Demikian pula makanan hewan peliharaan. Yang lebih mengejutkan, sejumlah produk obat-obatan juga mengandung gelatin. Semuanya, mulai dari penghilang rasa sakit hingga multivitamin. Produk-produk kebersihan diri dan kecantikan, juga dibuat dengan bahan babi. Asam lemak dikeluarkan dari lemak tulang babi, yang digunakan dalam shampo dan conditioner untuk memberi efek tampilan yang bersinar, sepeti mutiara. Jenis asam ini juga bisa ditemui di sejumlah body lotion, alas bedak, dan krim anti kerut. Glycerin yang dihasilkan dari lemak babi, juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan berbagai macam produk pasta gigi. Christein yang berasal dari Belanda, adalakalanya bertemu dengan beberapa perusahaan yang enggan untuk membantu dalam petualangannya mengikuti perjalanan sang babi. Sebagian perusahaan lainnya menyatakan, tidak sadar jika produk mereka mengandung elemen yang diambil dari bagian tubuh babi, karena ada pihak antara yang terlibat dalam proses produksi dan distribusinya. Kebingungan konsumen juga tidak terbantu dengan hanya melihat label bahan pembuatan produk, karena tidak dijelaskan dari mana bahan-bahan itu diambil. Menurut Food Standards Authority, tidak ada kewajiban hukum bagi produsen untuk menyebutkan secara khusus, apakah gelatin yang mereka gunakan berasal dari babi atau hewan lain. Bila disebut secara khusus dengan sebutan suiline gelatin, seringkali membingungkan. Karena suiline bukanlah kata yang dikenal masyarakat umum (dalam bahasa Inggris). Menurut Richard Lutwyche, seorang peternak babi yang berpengalaman lebih dari 60 tahun, Ketua Traditional Breeds Meat Marketing Company dan seorang anggota dari British Pig Association, alasan terbesar dari kebingungan masalah produk babi ini karena kebanyakan peternakan babi berskala industri. "Di Inggris, peternakan komersial besar mengirim babi-babi mereka ke sejumlah rumah jagal besar. Tempat pejagalan yang akan menjual babi-babi itu ke pasar yang berbeda, berdasarkan produksinya," kata Lutwyche. "Apapun yang tidak bisa mereka jual, maka mereka harus membakarnya. Maka adalah demi kepentingan mereka, untuk menjual sebanyak mungkin yang mereka bisa." "Ada ungkapan lama yang mengatakan, 'bicara soal babi, Anda bisa memanfaatkan semuanya, kecuali bunyi jeritannya.' Selama lebih dari 100 tahun penggunaannya berkembang pesat," ujar Lutwyche. Yang mengejutkan, banyak produk lain yang juga dibuat dengan babi sebagai bahannya. Seperti negatif film yang menggunakan kolagen dari tulang babi. Sepatu yang menggunakan kulit babi dan lem tulang dari babi untuk meningkatkan kualitas bahan-bahan kulit lainnya. Serta cat yang menggunakan lemak tulang babi untuk memperkuat efek bersinarnya. Sebagian pabrik rokok menggunakan hemoglobin dari darah babi untuk membuat filter pada rokok. Lain kali jika membeli roti, mungkin Anda perlu melihat kemasan pembungkusnya. Sebagian produsen menggunakan L-cysteine, yaitu protein yang dibuat dari bulu babi atau hewan lain, yang berguna untuk melembutkan adonan. Penggunaan paling aneh dari babi yang berhasil ditemukan Christein adalah dalam pembuatan peluru dan bahan peledak. Gelatin tulang babi digunakan untuk memasukkan bubuk mesiu ke dalam peluru. Sulit rasanya untuk tidak terkesan dengan variasi dan fleksibitas dari hewan ini, yang bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan industri. Sepertinya tidak ada yang terbuang dari babi nomor 05049 itu. Moncongnya menjadi makanan camilan untuk anjing. Sementara kupingnya menjadi bahan percobaan dalam pembuatan senjata kimia, karena kesamaannya dengan jaringan kulit/daging manusia. Pembuat tato seringkali membeli potongan dari kulit babi untuk melatih keterampilan mereka, karena kesamaannya dengan kulit manusia. Alasan yang sama digunakan untuk mengobati pasien yang terkena luka bakar. Babi memberi kontribusi besar dalam bidang kedokteran, dengan insulin yang dihasilkannya, obat pengencer darah dari heparin dan katup jantung babi. Semuanya bisa dimanfaatkan. Berikut daftar penggunaan bagian-bagian tubuh babi dalam berbagai macam produk: 1. Ujicoba senjata kimia: karena kesamaan jaringan kulit /daging babi dengan manusia. 2. Eskrim: gelatin mencegah kristalisasi gula dan memperlambat proses pencairan. 3. Pupuk: dibuat dari bulu babi yang diproses. 4. Mentega rendah lemak: gelatin digunakan untuk memperbaiki teksturnya. 5. Bir: gelatin digunakan untuk mencerahkan warna minuman agar tidak keruh. 6. Pelembut pakaian: asam lemak dari tulangnya memberi warna 7. Kuas cat: dibuat dari bulu babi. 8. Jus buah: gelatin membuat warnanya tampak cerah. 9. Shampo: asam lemak dari tulang digunakan untuk membuat penampilannya terlihat seperti mutiara. 10. Lilin: asam lemak dari tulang memperkeras bahan lilin (wax) dan meningkatkan titik lumernya. 11. Roti: protein dari bulu babi digunakan untuk melembutkan adonan. 12. Peluru: gelatin dari tulang digunakan untuk mempermudah proses pemasukan bubuk mesiu ke dalam cangkang peluru. 13. Tablet obat: gelatin digunakan untuk pembungkusnya agar lebih keras. 14. Bubuk pembersih / deterjen: asam lemak dari tulang, digunakan untuk mengeraskan serbuknya. 15. Cat: asam lemak dari tulang digunakan untuk meningkatkan efek kilaunya. 16. Tamborin: dibuat dari kantung kemih babi. 17. Minuman anggur: gelatin menyerap elemen keruh sehingga membuat cairannya bening 18. Kertas: gelatin dari tulang digunakan untuk meningkatkan kekakuan dan mengurangi kelembaban. 19. Heparin: digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah, diambil dari lendir yang ada di usus babi. 20. Sabun: asam lemak dari tulang digunakan untuk memperkeras dan memberi warna sabun. 21. Gabus: gelatin tulang digunakan untuk merekatkannya. 22. Insulin: diambil dari pankreas babi, karena hampir mirip dengan struktur kimia dalam tubuh manusia. 23. Yogurt: kalsium dari tulang babi ditambahkan ke dalam proses pembuatan yogurt. 24. Rokok: hemoglobin dari darah babi digunakan dalam pembuatan filter rokok yang diharapkan bisa mengurangi efek kimia yang masuk kedalam tubuh perokok. 25. Negatif film: gelatin tulang babi digunakan sebagai zat perekat pada lembaran film. 26. Makanan anjing: hemoglobin darah babi digunakan sebagai zat pewarna merah. 27. Terapi fotodinamik: hemoglobin digunakan dalam obat untuk merawat retina mata. Obat itu diaktifkan dengan menembakkan sinar laser ke dalam mata. 28. Pelembab: menggunakan asam lemak tulang babi. 29. Camilan anjing: moncongnya digoreng. 30. Krayon: asam lemak digunakan untuk mengeraskannya. 31. Sepatu / tas: lem tulang babi digunakan untuk meningkatkan tekstur dan kualitas kulit (hewan apapun). Di samping itu banyak juga sepatu yang terbuat dari kulit babi (bisa dilihat dari corak bintik pada kulit) 32. Rem kereta: abu tulang babi digunakan dalam proses produksinya. 33. Pasta gigi: glycerin babi digunakan utuk membentuk tekstur pastanya. 34. Lem transparan: lem sangat kuat yang digunakan dalam industri perkayuan, diturunkan dari kolagen babi. 35. Masker wajah: kolagen untuk menghilangkan kerut. 36. Energi alternatif: bagian-bagian sampah yang tersisa digunakan sebagai bahan bakar untuk listrik. 37. Energy bar: kolagen yang diproses merupakan sumber protein yang murah untuk para binaragawan atau mereka yang ingin membentuk tubuhnya. 38: Keju krim: gelatin menjadikannya stabil. 39. Whipped cream: gelatin memperbaiki teksturnya. 40. Permen: gelatin babi digunakan untuk bahan perekat dan pembuat gel, dan memastikan bahwa adonan permen mencapai tekstur tertentu. Sering digunakan untuk pembuatan jenis permen liquorice, permen kenyal dan permen karet. Bagi Muslim, orang vegetarian, Yahudi, dan orang-orang lain yang berharap bisa menghindari produk terbuat dari bahan babi, berita tentang penggunaan babi yang begitu luas bukanlah sebuah berita bagus. Kerja rumit yang harus dilewati oleh produsen makanan global dan proses industri, seakan memastikan bahwa hampir tidak mungkin menghindari babi sama sekali. Namun, bagi seorang Muslim ada kunci yang selalu harus diingat, yaitu bahwa yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, di antara keduanya ada yang samar-samar atau syubhat. Maka barang siapa yang menjaga diri dari perkara yang syubhat, berarti ia telah selamat. [di/dm/www.hidayatullah.com]