Thursday, October 20, 2005

Tak Kuragukan keadilan-Mu

Dewi Mar'atusshalihah
Malam masih asyik membuai mimpi makhluk di persada. Fajar belum memulai tugasnya menyinari nusantara. Ayam pun belum menjalankan dinas hariannya membangunkan lelap tidur orang disekelilingnya. Bahkan mushola samping rumahku pun masih terlihat temaram, tanda belum ada orang memulai munajatnya menyambut pagi.
Alarm tuaku telah berdering, ingin rasanya kutetap meringkuk di bawah hangatnya selimut tebal warisan nenek. Namun, kuingat wajah garang dosen jam pertamaku, yang tanpa ampun mengurangi nilai mahasiswa yang terlambat, semenit pun. Bayangan tentangnya memaksaku untuk segera menggigil kedinginan bergumul dengan air kamar mandi. Pagi ini, pagi kemarin dan pagi seterusnya tetap begitu agar tak terlambat sampai kampus.
Alhamdulillah, pagi ini masih bisa menyantap nasi sisa semalam yang telah ku sulap menjadi nasi goreng telur mata sapi. Setelah itu, tanpa ba bi bu langsung ku langkahkan kaki dengan cepat menuju stasiun. Menghampiri idolaku, si hitam-hitam tapi manis…..hitam-hitam tetap laris…, siapa lagi kalau bukan kereta api Jabotabek. Yach….seiring dengan melonjaknya harga BBM, kreta api semakin menjadi idola orang kebanyakan, seperti ku ini.
Ku harap masih ada bangku yang kosong, agar dapat sedikit menuntaskan lelah dan kantuk yang masih bergelanyut. Syukur-syukur dapat melanjutkan mimpi semalam, setidaknya dapat mengumpulkan energi agar nampak lebih segar dan dapat kuliah tanpa menguap.
Tapi nyatanya, seperti biasa, jangankan bangku kosong…., berdiri tegak pun susah rasanya, harus berhimpit, berdesak, dan menahan panas, pengap, juga bau keringat puluhan orang yang berlomba menuju tempat tujuan masing-masing. Yach…pagi ini seperti pagi biasanya.
Sore. Setelah seharian berkutat dengan tugas-tugas kampus dan organisasiku, hampir sama episode yang berlangsung setiap sore dan malam. Adzan maghrib berkumandang sementara kereta api belum sampai di stasiun Pondok Ranji. Segera aku wudhu dan sholat di mushola kecil di dalam stasiun itu. Di tengah-tengah sholatku…sayup-sayup ku dengar kereta api semakin mendekat, dan akhirnya, di rakaat keduaku, kereta api telah meninggalkanku. Ini berarti, aku harus nunggu satu jam lagi kereta berikutnya.
Wah…aku harus putar arah, naik bus saja…agar tak lama menunggu.
Capek, ngantuk, laper dan pusiiing? Menumpuk menjadi satu.
Beginilah aku setiap hari, walau aku harus pulang-pergi, berdesak-desakan di kereta, bau keringat dan polusi kendaraan bercampur menjadi satu, tetap akan kujalani dengan hati gembira. Yap? semua kulakukan untuk mengejar impianku. Sarjana Ekonomi…
* * *
Dua tahun yang lalu, Acara pelepasan alumni dan penganugerahan siswa teladan tingkat kabupaten di sekolahku telah merubah pola pikirku merencanakan jalan hidup.Saat itu aku sudah menyerah untuk tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi karna menyadari kondisi ekonomi keluargaku. Ku putuskan untuk mengikuti jejak teman-teman sekampungku untuk bekerja mengadu nasib di Jakarta.Namun, sebuah pengumuman dan panggilan pembawa acara malam itu merubah semua tekadku.
"Juara Umum Lulusan Periode 2002-2003 Sekolah Menengah Atas se-Daerah Tingkat II Bogor ……….., Syarifah Azizah kami persilahkan maju ke panggung !"Jantungku seakan berhenti berdenyut.
Benarkah ini.
Aku……………
Seorang anak petani di kampung harus naik ke panggung di depan tatapan beribu-ribu pasang mata para siswa, wali murid, jajaran pejabat PEMDA, serta para tamu undangan dan bahkan Menteri Agama yang hadir saat itu.Kakiku melangkah serasa tak menapak tanah.
Entah apa yang terbersit dalam dadaku. Yang kutahu, puja dan puji syukur ke hadirat-Mu membuncah. Terimakasih Ya Allah, tak kusangka ini semua.
Semenjak malam itu, atas dukungan seluruh guru, ustadz, keluarga dan teman-temanku, ku bertekad untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. Apapun cobaan dan kendalanya. Akhirnya kuputuskan untuk meraih cita-citaku di Kampus Pembaharu pilihanku.
***
Setelah desak-desakan mobil metromini 510, akhirnya sampai juga di Terminal Rambutan, ganti bus langgananku.
Tiba-tiba duduk di sampingku seorang ibu paruh baya menggendong bayi dan seorang bocah berumur empat tahun. Mereka berbeda dengan penumpang lainnya, kumal, berbaju compang-camping dan aroma tak menyenangkan tersebar dari tubuh mereka.
Astaghfirullah, maafkan hamba Ya Allah, aku telah menilainya dari segi lahiriyah. Padahal belum tentu aku lebih baik di sisi-Mu dibanding mereka.
"Maaf Teh? bisa minta tolong bayarkan ongkos mobil ini, saya kehabisan uang Teh?.
"Masya Allah, betapa naifnya aku, kenapa dari tadi aku tidak melakukan apa-apa, malah justru memandangnya dengan perasaan risih. Aku tidak memberikan sesuatu, sampai akhirnya ia memintanya duluan.
"Maaf Bu, cuma bisa segini? kataku lirih sambil mengulurkan selembar uang seribuan.
"Terimakasih sekali Teh, yang penting saya bisa sampai Jatinegara, saya akan mencari nasi di sana"
"Lho memangnya Bapak anak-anak kemana Bu?" Kuberanikan diri bertanya padanya.
Kulihat wajahnya memerah dan tiba-tiba butiran bening mengucur dari kedua kelopak matanya yang sayu.
Ya Allah, maafkan hamba yang telah menambah penderitaannya dengan menyakiti hatinya.
"Suami saya tidak pernah mau tahu keadaan kami Teh. Kerjaannya judi dan mabuk-mabukan. Kalau pulang ke gubuk kami, saya dan keenam anak saya sering terkena pukulannya bila tidak ada nasi," isaknya sambil menunjukkan luka memar di sekujur tubuh anaknya.
Ya Allah, kok ada Bapak yang setega itu terhadap keluarganya.Kulihat sekelilingku, penumpang-penumpang lain memperhatikan kami, tapi tidak ada satupun yang tergerak mengulurkan bantuan untuk Ibu itu.
Kurogoh dompetku, tinggal uang sepuluh ribuan dua, sisa gaji les prifatku bulan ini. Kuambil satu untuk kuberikan padanya lagi. Tapi kuurungkan kembali, terbersit di benakku bayangan keluargaku tercinta.
***
Terlintas bayangan Bapakku yang renta terbaring tanpa daya menahan sakit. Yach, tulang punggung kami itu sudah tiga tahun tak berdaya melawan asam urat akutnya. Karna ketiadaan biaya lah penyakitnya belum tersembuhkan.
Sekilas berganti dengan kelebatan Ibuku, sosok yang tampak lebih tua dari usianya. Pekerjaan berat telah menggariskan keriput di wajahnya dan mengukir kasar telapak tangannya.
Berkelebat lagi bayangan adikku yang harus sering tebal muka dipanggil guru BP karna SPPnya belum lunas menjelang ujian semester.
Tak kusadari, satu air mataku bergulir.
Aku ingin cepat sampai rumah, aku kangen keluargaku.
***
"Teh, kenapa menangis?"Ku tersentak kaget.
Suara Ibu itu membangunkan lamunanku.
Kutatap wajahnya dalam-dalam sambil terus bergumul kebimbangan dalam hatiku. Kasihan mereka. Untuk makan hari ini pun tidak ada uang.
Tapi…………Bapak, Ibu dan adik-adikku pun sedang membutuhkan uang.
Silih berganti berkelebat di pelupuk mataku wajah Ibu dan kedua anaknya itu dengan keluargaku.
Aku bimbang dan bingung.Sepuluh ribuan itu masih tergenggam erat di tanganku.
Namun akhirnya?
"Bu, sabar dan selalu berdoa agar suami Ibu sadar dan keluarga Ibu kembali bahagia mendapat perlindungan-Nya."
Kuselipkan uang itu ke tangannya.
Tanpa kuduga, ia menangis dan memelukku.
Ya Allah, Ibu itu lebih membutuhkan uang ini.
Kutitipkan keluargaku pada-Mu.
Aku yakin, Engkau Maha Penyayang. Kau akan lindungi dan cukupi keluargaku. Kupasrahkan seluruh hidupku.
Ku yakin, rizkiku, jodohku dan matiku telah Engkau tetapkan.
***
Sabtu pagi, cerah sekali.
Kunikmati hari libur ini dengan masak dan merapikan seluruh pekerjaan rumah bersama.
Pos…………..pos…………!!!
Berhamburan adikku lari ke depan pintu, penuh harap sepucuk surat datang.
"Teh Ziza, surat ..…wah sudah gede nih kakakku, punya pacar segala !!!!!" dengan sigap ku berlari meninggalkan masakanku yang belum matang.
Surat…….??
Tumben, siapa peduli aku disini, aku kan "High Quality Jomlo" ……..cie……
Ku buka surat bersampul putih itu, deg-degan juga nih
Setengah tak percaya ku eja satu persatu barisan-barisan tulisan itu yang ternyata dari kampusku.
Ya Allah………….!
Aku dapat beasiswa……………
Secepat inikah Kau balas selembar sepuluh ribuanku
***
Fa Bi Ayyi Aala Irabbikuma Tukadziban
Maka Nikmat Tuhan Kamu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan ???

1 comment:

  1. assalamualaikum mba..nggak sengaja saya melihat blog mba,coz nama saya ada di cerper mba..saya cari di google awalnya,bagus,,gmna caranya ya?/he,,he,,

    ReplyDelete